Sebenarnya sudah sejak lama saya berpikir untuk berhenti menggunakan sosial media, utamanya seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan teman-temannya.
Setiap bangun tidur pasti yang saya baca adalah timeline sosmed, setiap mau tidur pasti buka sosmed, waktu senggang juga buka sosmed.
Selain mengganggu, sosmed juga membuat saya selalu merasa iri, selalu menginginkan sesuatu yang tidak saya butuhkan. Sosmed membuat saya berusaha menjadi orang lain hanya demi sebuah like dan komentar.
Akhirnya dua minggu lalu saya benar-benar uninstall semua aplikasi sosial media yang ada di handphone saya. Beberapa akun juga saya hapus sementara. Akhirnya saya memberanikan hidup tanpa sosial media sama sekali setelah lebih dari sepuluh tahun lamanya saya menggunakan sosmed.
Apa yang saya rasakan? Tiba-tiba saya merasakan sebuah kesepian yang luar biasa menyelimuti saya. Tidak ada lagi wajah teman-teman di layar handphone yang selama ini selalu menemani setiap hari. Dunia tiba-tiba terasa begitu sepi.
Disitu saya tersadar bahwa di dunia nyata, tanpa sosial media, saya sebenarnya bukanlah siapa-siapa. Saya adalah orang yang kesepian. Teman-teman yang selama ini selalu menemani saya pada akhirnya hanyalah sebuah ilusi. Mereka tidak nyata, mereka jauh, mereka tidak ada.
Saya kembali ke dunia nyata setelah sekian lama berkelana di dunia maya, sebuah dunia imajiner dimana semuanya terasa begitu dekat, namun nyatanya tidak.
Orang-orang yang selama ini memberi like pada foto saya, melihat update story saya, berkomentar di status saya tiba-tiba hilang, seiring lenyapnya saya dari sosial media. Saya kembali sendirian.
Mungkin selama ini dengan sosmed saya menganggap mereka peduli kepada saya. Tetapi yang saya tampilkan di sosmed itu bukanlah keadaan saya yang sebenarnya. Saya hanya menampilkan sesuatu yang mungkin membuat mereka peduli. Jauh berbeda dengan kehidupan nyata.
Berhenti menggunakan sosial media membuat saya tersadar bahwa ada dunia lain yang lebih penting untuk saya pedulikan. Dunia saya yang sebenarnya. Dunia yang bisa saya rasakan seutuhnya.
Kepedulian orang yang benar-benar ada di sekitar saya jauh lebih penting dari pada rasa peduli palsu orang-orang di dalam sosial media.
Komentar dari tetangga sebelah rumah jauh lebih penting dari pada komentar di status.
Rasa suka dari teman ketika saya mentraktirnya secangkir kopi jauh lebih berarti daripada puluhan like di instagram.
Ngobrol lama sampai berlarut-larut di sebuah kedai kopi jauh lebih bermakna ketimbang chat basa basi di sosial media.
Yah, begitulah sementara ini yang saya rasakan ketika berhenti menggunakan sosial media. Mungkin terkesan berlebihan alias. Mungkin karena belum terbiasa.
Oiya, saya tidak berencana untuk berhenti menggunakan sosial media selamanya. Saya hanya ingin merasakan bagaimana sih rasanya hidup tanpa sosial media seperti jaman dulu lagi ketika orang menunggu sesuatu dengan mengisi TTS, bukan scroll timeline sosmed.
Yang bisa saya pelajari adalah, kita harus bijak dalam menggunakan sosmed. Gunakanlah jika benar-benar sedang dibutuhkan.
...
Baca Juga: