|
Silau euy! |
Secara geografis, topografi danau Ranau adalah perbukitan yang berlembah. Hal ini menjadikan Danau Ranau memiliki cuaca yang sejuk.
Tepat di tengah danau terdapat pulau yang bernama Pulau Marisa. Di sana terdapat sumber air panas dan juga air terjun.
Sayangnya saya tidak sempat menunjungi Pulau Marisa karena terbatasnya waktu.
Meski dikenal memiliki keindahan yang memanjakan mata. Danau Ranau masih saja sepi pengunjung, salah satunya karena minimnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada.
Saya tidak melihat keberadaan hotel. Pak Juki bilang hanya ada beberapa penginapan kecil, itu pun lokasinya berada jauh di ujung sana.
Untuk mendongkrak wisata Danau Ranau, pemerintah setempat sudah menyelenggarakan sebuah event bertajuk 'Festival Danau Ranau' yang diadakan setiap bulan desember, tetapi tetap saja tidak banyak menarik wisatawan.
"Ramainya kalau pas festival mas, bisanya penginapannya penuh, yang tidak kebagian bisa menginap dirumah warga." Katanya.
Selain itu, sarana penunjang lain seperti mesin ATM dan wahana atraksi wisata juga tidak ada. Paling atraksi wisatanya hanya naik kapal ke Pulau Marisa.
Ada juga kegiatan rafting yang bermula dari arah hulu danau Ranau, tetapi tidak aktif karena sepi pengunjung.
|
Foto pulau marisa dari blognya omnduut. Kalau pembaca penasaran dengan Pulau Marisa. Silahkan kunjungi tulisan omnduut.com tentang Pulau Marisa. |
Tetapi menurut saya faktor yang paling membuat Danau Ranau sepi pengunjung adalah aksesibilitasnya.
Jauhnya lokasi danau Ranau yang berada di pedalaman Sumatera Selatan membuat wisatawan enggan datang.
Bayangkan, untuk menuju danau Ranau dari Palembang membutuhkan waktu lebih dari 10 jam. Sementara jika dari Lampung, untuk menuju danau Ranau harus ditempuh selama kurang lebih 7 jam.
Wisatawan mana yang mau menghabiskan waktu liburan berharganya hanya untuk dihabiskan di dalam travel yang sempit?
Fenomena Bentilehan
|
Ilustrasi warga menjaring ikan mabok belerang di Danau Ranau. |
Di danau Ranau terdapat sebuah fenomena alam yang oleh penduduk setempat disebut dengan 'Bentilehan'. Yaitu fenomena menguapnya belerang di dasar danau setiap beberapa tahun sekali yang mengakibatkan ikan-ikan didalamnya pada mabok bahkan mati.
"Wah kalau ada bentilehan nelayan pada senang itu mas, ikan gratis, pada ngapung di danau." Kata pak Juki, sambil mengacungkan tangannya ke arah danau.
Fenomena bentilehan ini di awali dengan warna air danau yang sebelumnya biru kehijauan berubah menjadi hitam kecoklatan diiringi dengan aroma Belerang yang menyengat.
Belerang berasal dari Gunung Seminung dan fenomena ini memang sudah sudah seringkali terjadi, khususnya saat memasuki musim panas dan terjadi perubahan cuaca.
Jika terjadi bentilehan, puluhan warga dan nelayan serta anak-anak, setiap harinya pasti berbondong-bondong datang ke tepian Danau Ranau dengan membawa peralatan seperti jaring dan sebagainya untuk menangkap ikan dan udang yang mabok itu.
Melanjutkan Perjalanan
Tak terasa kopi di cangkir kami sudah habis. Ingin rasanya menambah satu cangkir lagi tapi tidak enak sama pak Juki yang masih harus pulang ke Muara Dua setelah mengantarkan saya.
Saat mau membayar, saya melihat di meja kasir ada beberapa bungkusan kopi dengan cap 'Ranau'.
|
Kopi asli dari perkebunan kopi sekitar Danau Ranau. Bisa untuk oleh-oleh. |
"Ini kopi asli daerah sini pak?" tanya saya kepada bapak warung.
"Iya asli sini, kopi murni tanpa campuran, itu yang tadi diminum kamu. Mantap kan rasanya?" Jawab bapak warung sambil nyengir.
Daerah Ogan Komering Ulu Selatan memang terkenal sebagai daerah penghasil kopi robusta terbaik. Sehingga tidak heran jika daerah disekitar Danau Ranau juga merupakan daerah perkebunan kopi karena adanya danau membuat tanah disekitarnya subur dan berlimpahan air.
Setelah membeli dua bungkus kopi ranau, satu bungkus 250 gram harganya Rp. 20.000, saya melanjutkan perjalanan menuju Desa Galang Tinggi.
Sebuah desa di hulu Danau Ranau yang juga merupakan desa penghasil kopi dimana mayoritas penduduknya adalah suku Semendo yang diselingi oleh transmigran dari Jawa.
Simak terus cerita saya di pedalaman Sumatera Selatan ya. (Bersambung)
...
Baca Juga:
Foto feature: Eka/dinaspariwisata.lampungprov.go.id