Hayoo..denger kata jalan-jalan ke makam atau kuburan di malam hari pasti bulu kuduk kalian pada berdiri?? hehe. Tapi makam yang satu ini beda loh dengan makam-makam lainnya yang angker atau dalam bahasa jawa disebut wingit.

Makam Raja Mataram yang terletak di Kota Gede merupakan makam dari Panembahan Senopati, Ki Ageng Pemanahan, dan orang-orang penting lainnya di Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.



Sekitar pukul setengah dua belas malam saya memarkirkan motor saya yang ternyata sudah ramai, seperti pasar malam, maklum saja karena malam ini merupakan malam jumat kliwon dimana banyak orang-orang putus asa yang mencari secercah harapan dari sebuah kuburan supaya dapet duit banyak, singkatnya adalah pesugihan.

Di area parkiran terdapat sebuah pohon beringin besar yang kata si tukang parkir usianya sudah ratusan tahun. Saya mendekati pohon beringin itu dan berdiri sekitar lima menit barangkali kejatuhan daun beringin yang gugur.

Menurut mitos, jika ada orang yang kejatuhan daun dari pohon beringin tersebut maka merupakan pertanda baik. Dari situ saya berjalan  menuju pintu masuk yang di apit oleh deretan warung-warung kopi. Yang membuat saya heran, didalam warung-warung kopi itu ada beberapa wanita berpakaian seksi macam yang ada di sarkem.


Begitu melewati gapura pintu masuk saya langsung disambut oleh Masjid Agung Kota Gede dengan bentuk Joglonya. Ada beberapa orang yang tengah tidur di selasar-selasar masjid.

Dari Masjid saya menuju ke kiri, melewati sebuah gerbang Paduraksa yang terbuat dari susunan batu bata merah yang tebal dan terlihat sangat tua. Disitu terdapat sebuah pendopo kecil yang bernama Bangsal Duda yang dibangun sekitar tahun 1644 M oleh Sultan Agung yang diperuntukan bagi para abdi dalem berjaga.

Dari situ saya masih berjalan lagi melewati gapura dan sampailah di tempat para pencari pesugihan tidur. Terdapat satu pondokan dan dua pendopo disitu yang sudah ramai dengan orang-orang yang tidur-tiduran beralaskan tikar.

Diujung terdapat sebuah gapura dengan pintu yang tertutup dan terkunci. Disinilah batas peziarah diperbolehkan untuk berkunjung karena didalam pintu tersebut merupakan makam utama Raja-Raja Mataram dan hanya dibuka pada siang hari dan hari-hari tertentu.

Didepan pintu terdapat segerombolan orang berpakaian serba hitam yang tengah memanjatkan doa. Saya menghampiri salah satu pengunjung disitu dan menyalakan sebatang rokok untuk memperlancar obrolan kami.


Dari obrolan tersebut diketahui bahwa para peziarah sengaja menginap di area makam karena sebuah mitos yang menyatakan jika ada peziarah yang menginap di area makam selama 40 hari berturut-turut maka akan mendapatkan sebuah wangsit atau pencerahaan dari sesuatu yang disebut sebagai arwahnya Panembahan Senopati. Namun kebanyakan peziarah hanya menginap 1-2 malam saja. Ada juga beberapa peziarah yang sudah menginap beberapa minggu di makam tersebut.


Begitulah orang Indonesia, kita masih sangat percaya pada mitos-mitos yang belum tentu benar adanya. Mungkin tujuan utama dari menginap di makam ini pada jaman dulu adalah sebagai sarana berintrospeksi dan meditasi serta mengenang jasa-perjuangan para leluhur yang kemudian karena ketidak tahuan disalah artikan menjadi sebuah perbuatan yang syirik.

Tapi ada sesuatu yang membuat saya heran. Sebelumnya di pelataran parkir ada beberapa mobil mewah, salah satunya sebuah Rubicon. Disini, di area tidur para peziarah, ada beberapa orang tionghoa yang sepertinya adalah pengusaha-pengusaha kaya raya yang mungkin percaya pada mitos tersebut. Hal tersebut membuat akal sehat saya jadi goyah, apakah mitos tersebut benar adanya? wallahualam....


Continue Reading