Berkunjung ke Candi Sambisari rasanya kurang lengkap kalau tidak sekalian mampir ke warung Soto Bathok Mbah Katro. Lokasinya hanya berjarak sekitar seratus meter dari candi.
Nama warungnya yang unik tentunya membuat orang penasaran sehingga menarik pengunjung candi untuk singgah mencicipi soto tersebut.
Siapa sih yang belum pernah minum kopi? Saya yakin 100% pembaca artikel ini pasti pernah ngopi walau hanya satu seruputan saja.
Dari Sabang sampai Merauke, dari Gayo sampai Wamena, kopi seperti sudah menjadi nadi-nadi kehidupan masyarakat Indonesia. Sudah mendarah daging dan sulit untuk dipisahkan dari keseharian masyarakat.
Pulau Sumba memang unik. Pulau ini menyajikan paket wisata lengkap. Dari pantai-pantainya yang indah dan eksotis, budayanya yang unik, arsitektur rumahnya yang menarik, alam hutannya yang masih asri, sampai air terjunnya yang keren-keren.
Candi Sambisari, tidak banyak wisatawan dari luar kota Jogja yang mengenal nama dari candi yang dibangun pada abad ke-9 ini. Candi Sambisari dibangun pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Kenapa di era modern, di era serba canggih ini, waktu terasa begitu cepat berlalu? Tidak terasa beberapa bulan lagi tahun akan segera berganti. Perasaan baru kemarin saya menulis resolusi tahun baru, dan sebentar lagi saya bakal menulis resolusi tahun baru lagi, padahal resolusi yang kemarin saja belum semua tercapai.
Ngomong-ngomong tentang tahun baru, pasti kita bakal dibikin sibuk mikir mau tahun baruan kemana? dimana? sama siapa? nah, pertanyaan terakhir ini yang bakal bikin para jomblo sedih. Tenang saja, kalian (para jomblo) bisa tahun baruan bareng teman-teman kok. Malahan, menurutku lebih asik tahun baruan bareng teman dibanding bareng pacar. Kenapa? karena bareng teman itu lebih fun, lebih heboh, dan tentunya lebih bebas! Pesan Tiket Duluan! Yang paling penting dalam merencanakan liburan tahun baru adalah ASAP! bukan asap rokok loh, tapi ASAP adalah kepanjangan dari As Soon As Possible. Rencakan cepat-cepat, dimulai dari beberapa bulan sebelumnya. Karena apa? karena kalau mendadak bisa-bisa kita tidak kebagian tiket, baik tiket pesawat maupun tiket akomodasi. Karena kalian tahu kan, tahun baru itu merupakan salah satu peak season di dunia travel industries. Dimana kursi pesawat penuh, kamar hotel (yang murah) kehabisan, dan tempat wisata penuh sesak. Maka dari itu saya sarankan yang paling utama dalam merencanakan liburan tahun baru adalah mencari tiket pesawat, apalagi kalau dapat promo tiket pesawat, bisa kejang-kejang gembira deh liburanmu. Mau kejang-kejang gembira? bisa coba di cek nih, ada beberapa promo tiket pesawat dari blibli.com yang menarik. Nah kalau sudah tahu dimana tempat dapet tiket promo untuk liburan tahun baru, sekarang tinggal pilih destinasi wisata liburan tahun baru kamu. Tidak usah jauh-jauh ke Eropa atau Amerika, di Asia sendiri ada banyak destinasi liburan tahun baru yang wajib kamu kunjungi, termasuk Indonesia. 1. Indonesia
Nomer satu tentunya Indonesia, dengan Pulau Bali-nya! Negeri Dewata ini memang tidak akan pernah bosan untuk dikunjungi, apalagi untuk merayakan tahun baru yang hanya setahun sekali. Dunia malam di Kuta dan Seminyak menjadi salah satu spot paling HOT di Bali. Berdansa menanti pergantian tahun bersama orang-orang dari berbagai negara pasti asik banget.
Buat yang kurang suka dengan bisingnya dunia malam, kalian bisa dinner dibawah naungan cahaya bintang disepanjang pantai dan resort yang ada di Bali. Pastinya tiap resort ada agendanya sendiri untuk merayakan pergantian tahun. Bali adalah tempat yang paking teoat untuk menanti pergantian tahun dengan dinner bersama keluarga, kekasih, atau teman sambil memandang Samudera Hindia yang luas di malam hari dan diakhiri dengan pijaran kembang api yang cahayanya terpantulkan oleh lautan. 2. Thailand
Nomer dua masih berkutat di sekitar pantai. Pattaya, di Thailand juga menjadi destinasi tahun baru favorit, bersaing dengan Bali. Di sepanjang Beach Road Pattaya menyajikan banyak sekali tempat-tempat hiburan yang pastinya bakal ramai saat malam tahun baru. Di salah satu ujung Beach Road, tepatnya di Bali Hai Pier terdapat pohon natal utama sebagai tempat berlangsungnya tradisi penyalaan lampu pohon natal tahunan, dan juga menjadi tempat utama untuk melihat pesta kembang api. 3. Philipina
Pilipina masih menjadi tujuan wisata yang asing bagi warga Indonesia, tapi tidak ada salahnya sesekali berlibur ke Pilipina untuk liburan tahun baru kamu, tepatnya di Manila. Bahkan, festival kembang api di Manila ini menurut laporan dari beberapa traveler, katanya merupakan yang paling heboh se-Asia. Kalau pengin yang beda, kamu bisa melihat pesta kembang api dari atas, ya, dari atas, bukan dari bawah karena kamu melihatnya dari club tertinggi di Manila yaitu 71 Gramecy. Dari sini kamu bisa melihat banyak kembang api yang secara fantastis bermekaran dilangit kota manila pada pukul 00.00. 4. China
Untuk perayaan tahun baru yang lebih tradisional dan 'berbudaya', kita bisa berkunjung ke Shanghai di Republik Rakyat Tiongkok untuk mencoba ikut membunyikan lonceng di Kuil Longhua, komplek kuil terbesar di Shanghai. Perayaan tahun baru dikuil ini dimeriahkan oleh tarian barongsai dan penampilan-penampilan tradisional lainnya, dimana pengunjung akan menikmatinya sambil berdoa untuk keberuntungan di tahun depan. Selain itu, kita juga bisa jajan kulineran lokal ke late-night food market di Jalan Shouning Lu sambil menunggu pesta kembang api dimulai. 5. Maccau
Siapa yang tidak kenal Maccau? Destinasi favorit para pejabat. Buat kalian yang suka wisata modern, dengan tempat wisata artifisial dan juga serba gemerlap, Maccau adalah pilihan yang paling tepat. Maccau mempunyai salah satu theme park terbesar di Asia, dan pastinya kamu tidak akan kehabisan kegiatan kalau berlibur kesini. Malam tahun baru di Maccau juga bisa dipastikan bakal super meriah dengan pesta kembang api yang spektakuler. Kamu juga bisa mencoba main ke casino yang ada disini. Mencoba mencari peruntungan di malam tahun baru, tapi jangan kebablasan ya, cukup buat have fun saja. Bisa-bisa uangmu habis dan gak bisa pulang. 6. Korea
"Oppaaa...." Ini adalah jeritan manja yang sering saya dengar dari teman-teman cewek yang penggemar fanatik drama korea dan juga k-pop. Kalau kamu merupakan salah satu penggemarnya, maka Seoul adalah destinasi yang wajib kamu kunjungi di tahun baru. Siapa tahu kamu bisa menghabiskan malam tahun baru bersapa oppa-oppa tampan atau nuna-nuna cantik aduhai. Di Seoul, kamu bisa berkunjung ke Gangnam, daerah berkumpulnya tempat-tenpat hiburan terbaik di kota drama ini. Atau pengin malam tahun baruan bareng anak-anak kuliahan yang kece badai? Kamu bisa hangout di daerah Hongdae yang merupakan daerah kampus. Selain itu, kamu juga bisa piknik cantik di pinggiran Sungai Han. Kamu bisa melihat kembang api sambil menikmati asiknya suasana pinggiran Sungai Han. Sungai ini juga merupakan tempat dimana Banpo Rainbow Fountain berada. Jembatan air mancur terpanjang didunia yang akan menyemprotkan air mancur warna-warni setiap sorenya. 7. Jepang
Negara favorit bagi orang Indonesia yang dari kecil sampai dewasa selalu ditemani film-film anime dan superheronya, salah satunya adalah saya. Tujuan favorit untuk tahun baruan di Jepang adalah Osaka. Di Osaka, perayaan tahun barunya lebih tradisional. Kuil-kuil yang ada di Osaka bisa menjadi tema tahun baru yang berkesan. membunyikan lonceng untuk mengusir nasib buruk, minum sake, dan makan kue mochi sambil menonton festival tahun baru. Disney Land juga oke banget untuk dikunjungi. Kamu juga bisa hijrah ke Hokkaido dan menghabiskan malam tahun baru disana, bermain salju dan mandi di pemandian air panas sambil melihat kembang api. 8. Singapura
Buat kamu yang bosan tahun baruan di Indonesia tapi apa daya dompet tidak cukup untuk pergi jauh-jauh, maka kamu bisa ke Singapura. Negeri kecil di sebelah Pulau Batam ini juga menawarkan malam tahun baru yang menyenangkan dengan tanpa merogoh kocek dalam-dalam. Perayaan tahun baru di Singapura sangat meriah. Orang-orang berkumpul memadati area sekitar patung Merlion untuk menyaksikan spektakukernya kembang api negara muktikultur ini. Banyak tempat-tempat hiburan di Singapura yang menyuguhkan atraksi khusus malam tahun baru yang tentunya bakal bikin kamu melek sampai pagi. Jadi? Tunggu apalagi? Buruan pesan tiketnya sekarang sebelum kehabisan!
Tak banyak yang mengetahui keberadaan salah satu bangunan saksi sejarah kota Jogja ini. Bangunan tua berwarna dominan putih abu-abu dengan gaya arsitektur khas indische berdiri anggun di pinggir rel kereta api yang membujur, membelah Desa Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta.
Apa yang pertama kali kamu pikirkan saat seseorang menyebut Lawang
Sewu?Apakah horor? Angker? Menakutkan?
Tahukah kamu, pendapat seperti itu
tak sepenuhnya benar. Lawang Sewu yang terkenal ini sebenarnya terlalu megah dan
indah kalau harus disemati dengan image horor
dan isu-isu miring yang tak enak didengar.
Pesona wisata Yogyakarta memang tidak akan pernah habis. Selalu saja ada inovasi wisata yang baru dan menyegarkan. Dulu jaman awal saya kuliah, yaitu tahun 2008, pantai, goa, dan air terjun di Gunung Kidul masih sedikit sekali yang tahu akan keindahannya. Jika tidak ada kuliah lapangan tentang Geografi Fisik di Gunung Kidul pasti saya tidak akan tahu indahnya alam Gunung Kidul. Jauh sebelum hebohnya sosmed, waktu jamannya friendster, obyek wisata yang sekarang hits di instagram bahkan belum ada wujudnya, belum direncanakan. Seiring berkembangnya fitur pada platform sosial media dan semakin banyaknya pengguna sosial media maka pesona wisata yang ada di daerah semakin naik kepermukaan. Tempat-tempat yang potensial sebagai obyek wisata segera digarap baik oleh pemerintah maupun pengelola swasta.
Akhirnya, mulailah banyak bermunculan obyek wisata baru di Yogyakarta, salah satunya adalah Taman Tebing Breksi (TTB) di Pedukuhan Nglengkong, Groyokan, Sambirejo, Prambanan.
Panggung pertunjukan dibawah Tebing Breksi.
Obyek Wisata ini termasuk obyek wisata baru. Awalnya, tebing kapur ini merupakan salah satu sumber mata pencaharian warga. Warga mendapatkan penghasilan dari menambang kapur yang ada di tebing ini. Namun mulai tahun 2014, oleh pemerintah, penambangan dihentikan karena setelah dilakukan penelitian, di lokasi ini terdapat singkapan batuan endapan debu Gunung Api Purba yang membentuk morfologi bukit. Ternyata batuan kapur breksi di Pedukuhan Nglengkong ini merupakan endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran, di Gunung Kidul.
Dari penelitian tersebut, akhirnya pemerintah memutuskan bahwa kawasan Tebing Breksi ini masuk dalam cagar alam dan harus dilestarikan. Sama halnya dengan keberadaan Gunung Api Purba Nglanggeran. Pada tahun 2015, sebuah Prasasti yang ditandatangani langsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X semakin mengukuhkan status Tebing Breksi sebagai Cagar Alam.
Dua tebing yang gagah ini seakan tampil sebagai pintu masuk.
Biasa Saja?
Saya sebenarnya sudah sering mendengar dan melihat keindahan Taman Tebing Breksi dari feeds yang ada di timeline sosmed saya. Tampak Foto-foto tebing batu putih menjadi background foto yang indah di timeline para pejalan hits yang ada di Instagram, terlepas apakah foto tersebut di edit atau tidak.
Hingga pada suatu hari masuk sebuah chat di whatsapp dari seorang teman yang mengajak saya untuk ke Candi Ijo yang langsung saya iyakan. Sebenarnya tujuan utama saya adalah MenikmatiSunset di Candi IJo. Tapi karena lokasinya satu jalur dan berdekatan dengan Taman Tebing Breksi, jadinya kami putuskan untuk mampir sekalian ke TTB. Soalnya saya juga penasaran dengan foto-foto indah dengan background Tebing Breksi yang bertebaran di Instagram, seperti apakah wujud aslinya.
Bagian Tebing yang diukir oleh seniman lokal dan menjadi salah satu spot foto favorit pengunjung.
Memasuki Jalan ke Tebing Breksi saya disambut oleh debu, dan segerombolan bapak-bapak tukang parkir yang ramah menyapa. Parkir untuk motor Rp. 2000, sedangkan untuk mobil Rp. 5000. Untuk tiket masuknya kita wajib bayar namun cukup seikhlasnya saja, tidak dipatok tarif.
Area parkiran saat itu sangat berdebu. Tidak hanya di area parkiran saja namun di wilayah obyek wisata ini kondisinya cukup berdebu, mungkin dikarenakan musim kemarau. Masker adalah wajib! namun sayang sekali saya tidak membawa masker.
Sebuah tebing putih berdiri gagah, namun tidak seindah seperti yang saya lihat di foto. Menurut saya pribadi, lebih mirip area tambang. Ya, memang dulunya tebing ini kan area tambang. Sebuah area tambang yang 'dihias'. Tampaknya, mulai sekarang saya tidak akan percaya begitu saja dengan foto-foto indah yang ada di Internet.
Pengunjung berfoto bersama burung hantu malang yang tampak stres.
Berjalan menapaki tangga tebing, saya menjumpai beberapa burung hantu dan elang yang tampak stress. Beberapa pengunjung tampak antre untuk berfoto dengan burung malang tersebut. Tembok tebing disebelah kiri saya diukir sedemikian rupa sehingga bergambarkan tokoh wayang. Tebing berukir ini yang menjadi salah satu spot foto terbaik buat para pengunjung, kesampingkan dulu debu silica yang bisa mengganggu pernafasan.
Semakin naik keatas, saya akhirnya sampai di puncak tebing yang ditumbuhi beberapa pohon-pohon kecil sebagai penghijau area yang gersang ini. Tebing ini berhadapan langsung dengan sunset, sehingga bisa menjadi salah satu spot untuk menikmati sunset di Jogja.
Puncak tebing breksi menjadi salah satu spot untuk menikmati sunset di Jogja
Karena merasa 'biasa saja', saya akhirnya turun, dan menuju ke area foodcourt yang berdebu. tidak jajan apa-apa, hanya penasaran saja. Terlihat masih ada beberapa orang yang masih menambang di Taman Tebing Breksi ini.
Mungkin hanya sekitar setengah jam saja saya berada di Taman Tebing Breksi ini. Selanjutnya saya akan menuju ke Candi Ijo, spot terbaik menikmati sunset di Yogyakarta. Kesan saya di Tebing Breksi? biasa saja, seperti sebuah obyek wisata yang dipaksakan. Semoga kedepannya Taman Tebing Breksi bisa lebih baik dan mampu memberikan atraksi wisata yang berkesan bagi pengunjungnya sehingga membuat mereka mau untuk kembali lagi kesini. Mungkin bisa dimulai dengan memperbanyak pepohonan dan memberikan masker gratis.
Bagaimana menurut kamu?
Burung hantu yang malang.
Mereka sedang menambang atau membangun?
Piknik keluarga di Puncak Tebing Breksi sambil menikmati sunset.
Kapal-kapal tanker tampak terapung tak bergerak, disebelahnya, sebuah kapal ferry melaju kencang menerabas angin, memecah ombak. Sementara dibelakangnya, siluet gedung-gedung pencakar langit tampak menjadi pembatas horizon sebuah laut yang sedang saya pandangi, sambil sesekali menyipitkan mata karena angin yang berhembus membawa serpihan-serpihan kecil pasir pantai membuat mata saya kelilipan.
Bayang-bayang gedung bertingkat dari seberang tampak mengintimidasi pulau kecil ini, walaupun sebenarnya gedung diseberang sana juga berdiri diatas pulau yang sama kecilnya. Namun jika posisinya saya balik, mungkin pemandangan yang terlihat dari seberang bukanlah siluet gedung bertingkat, melainkan gundukan hitam tak berbentuk. Sebuah perbedaan signifikan yang hanya dipisahkan oleh jarak sekian puluh kilometer.
Siluet Singapura dari Pantai Tanjung Pinggir
Begitulah kiranya yang saya rasakan ketika melihat Kota Singapura dari Pantai Tanjung Pinggir, Sekupang, Batam. Selain menawarkan pasir cokelat dan ombak yang tenang, Pantai Tanjung Pinggir juga menawarkan atraksi melihat siluet kota Singapura. Pantai ini cukup bagus, garis pantainya lumayan panjang dengan pasir yang berwarna putih kecoklatan. Pasirnya tampak halus, dan memang halus saat saya tapaki dengan kaki telanjang. Cukup bersih, hanya ada sedikit sampah plastik yang terlihat, mungkin dibuang sembarangan oleh 'monyet-monyet' nakal yang berkunjung kesini. Dibelakang garis pantai banyak tumbuh pohon-pohon rindang yang bisa digunakan sebagai peneduh saat matahari terlalu menyengat panasnya.
Saya menyusuri garis pantai dari timur ke barat. Pasir cokelat yang halus perlahan berganti menjadi batu karang cokelat yang kasar dan tajam. kaki telanjang saya sekarang tidak telanjang lagi, takut kesuciannya terenggut oleh karang-karang yang tampak horny. Menyusuri jalanan berkarang ini mengantarkan saya pada sebuah hutan mangrove yang dipisahkan oleh selat kecil, mustahil untuk menyeberanginya maka saya balik lagi ke pantai. Warung dibawah sebuah pohon besar yang teduh mendadak menjadi tempat favorit saya di pantai ini. Air es kelapa muda membasahi kerongkongan saya yang sedari tadi kehausan karena lupa tidak membawa air minum. Tidak banyak pengunjung sore ini, hanya ada beberapa keluarga dan pasangan muda-mudi yang tampak mewarnai background cokelat Pantai Tanjung Pinggir. Oya, Pantai Tanjung Pinggir juga aman untuk mandi-mandi manja karena ombaknya kecil dan laut pantainya dangkal, tapi jangan berenang terlalu jauh.
Overall, Pantai Tanjung Pinggir worthed untuk dikunjungi jika kamu berlibur ke Batam, terutama bila arrived dari Pelabuhan Sekupang. Jarak dari Pelabuhan Sekupang ke Pantai Tanjung Pinggir hanya sekitar 5 km. Disekitar pantai juga terdapat beberapa resort yang siap memanjakan liburan anda di Batam. Selamat berlibur!
Pohon horizontal ini menjadi spot foto paling hits di Pantai Tanjung Pinggir, Batam.
Hutan mangrove yang tengah terendam air pasang.
Piknik beneran nih, gelar tiker, bawa makanan sendiri dan menikmati indahnya Pantai Tanjung Pinggir bersama keluarga tercinta.
Hongkong menjelma menjadi negara yang maju dengan pesona dan tempat wisata yang banyak di kunjungi wisatawan. Ada banyak hal yang menjadi incaran para turis saat berkunjung ke Hongkong ini, mulai dari wisata belanja, wisata alam, atau ke tempat-tempat keagamaan, sampai wisata kuliner.
Dan kali ini kita akan membahas dimana saja tempat wisata kuliner di Hongkong yang bisa dicoba mulai dari tempat yang murah meriah, hingga yang mahal. Yuk, cek wisata kuliner di Hong Kong ini.
Jika ditanya kegiatan apa yang paling berkualitas untuk mengisi waktu luang? Jawaban saya adalah baca buku dan jalan-jalan! Dua kegiatan ini mampu mengisi kekosongan kita dengan sesuatu yang bermanfaat yakni pengalaman, wawasan, dan pengetahuan.
Mungkin jawaban tersebut bisa dibilang naif dan klise karena saya sendiri sebenarnya masih terjebak dalam gelombang dusta sosial media. Ada waktu senggang sedikit pasti langsung buka instagram atau facebook, kalau lagi banyak kuota ya youtube.
Tapi sore itu saya merasa sangat bosan dengan sosmed yang timelinenya penuh dengan postingan kebencian. Maka saya putuskan untuk jalan-jalan, menikmati sore yang cerah dengan langit yang berwarna keemasan.
Sunset! kata tersebut langsung saja terbayang dibenakku. Dimana spot sunset terbaik di Jogja yang dekat dengan rumah? jawabannya adalah Candi Ijo.
Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Letaknya tidak terlalu jauh dari Candi Prambanan dan Candi Kalasan. Yang membedakan Candi Ijo dengan candi-candi lainnya di Jogja adalah letaknya yang berada di lereng perbukitan dengan ketinggian 425 mdpl sehinga membuat candi ini menjadi salah satu spot sunset terbaik di Yogyakarta.
Saya berangkat dari rumah sekitar jam empat sore. Sebelum ke Candi Ijo, saya sempatkan mampir dulu ke obyek wisata Tebing Breksi yang masih satu jalur dengan Candi Ijo. Akan rugi kalau tidak mengunjungi obyek wisata ini karena mau tidak mau pasti akan melewati tebing breksi yang jalan masuknya tepat di pinggir jalan, 500 meter sebelum Candi Ijo.
Hanya sebentar saja saya mengunjungi Tebing Breksi karena tempat itu ternyata biasa saja --dan berdebu--. Hanya sebuah tebing bekas tambang yang disulap jadi tempat wisata dadakan yang tenar karena --lagi lagi-- sosial media.
Memasuki area parkir Candi Ijo, saya langsung dihadapkan dengan pemandangan indah deretan pegunungan sewu dan kota Jogja yang berpadu dengan warna keemasan matahari sore.
Kursi-kursi payung dari bambu berjejer rapi dipinggir tebing, memanjakan siapa saja yang hendak duduk-duduk disitu sembari menyeruput secangkir kopi panas, menikmati pemandangan alam kota Jogja yang indah dari ketinggian. Pemandangannya mirip dengan Bukit Bintang, di Jalan Raya Jogja-Wonosari. Tiket masuk Candi Sewu hanya Rp. 2000 per orang tapi karena saya berkunjungnya jam lima sore sedangkan Candi tutup saat maghrib maka Pak Satpam mempersilahkan saya dan pengunjung lainnya masuk dengan gratis. Terimakasih Pak Satpam.
Candi Ijo yang semula hanya terlihat bagian puncaknya saja perlahan-lahan menampakkan seluruh tubuhnya seiring saya mendaki tangga menuju pelataran Candi yang ditumbuhi rerumputan.
Kompleks Candi Ijo berbentuk teras berundak. Candi utama berada di teras paling atas sementara di teras bagian bawah terdapat candi-candi yang masih dalam proses pemugaran. Bentuknya masih berupa reruntuhan.
Matahari sore kala itu seakan menyembunyikan rupa Candi Ijo, menyelimutinya dengan bayang-bayang siluet hitam dibalik keemasan langit senja. Tiga candi pengiring / perwara untuk memuja trimurti: Brahma, Wisnu, dan Siwa seakan-akan tampak sedang berlutut memuja Sang Maha Tunggal, Candi Utama yang menghadap ke barat, menghadap matahari.
Candi perwara yang berada di tengah melindungi arca lembu, kendaraan Dewa Siwa. Arca lembu ini berada di dalam candi, bersebelahan dengan lingga yoni. Untuk memasuki Candi Utama saya mendaki sebuah tangga batu yang dijaga oleh sepasang makara , makhluk mitos berbentuk bertubuh ikan dan berbelalai seperti gajah. Kepala makara menjulur ke bawah dengan mulut menganga. Di dalam candi utama terdapat sebuah lingga yoni dengan ukuran yang besar, tingginya mencapai 3 meter.
Matahari semakin mendekati garis horizon di ujung kota Yogyakarta. Orang-orang berkumpul di pinggiran teras candi. Sebagian berdiri, sebagian duduk, sebagian lagi tidur-tiduran di rumput. Kami semua di sini menikmati matahari senja yang perlahan-lahan menuruni cakrawala. Semakin matahari turun ke bawah, maka semakin merah nyala langit di depanku, seakan menghimpit siang dengan gelapnya malam.
Lampu kota mulai menyala. Kerlip lampu landasan pacu Bandara Adisucipto terlihat dengan sangat jelas. Lalu lalang pesawat terbang dari bandara ini juga sangat nampak. Hampir setiap 10 menit ada pesawat yang lepas landas dan mendarat.
Lampu-lampu di bawah sana menyala semakin terang seiring dengan semakin gelapnya langit. Tiba-tiba terdengar suara sirine dari bawah, dari Pos Satpam. Dua orang Satpam mendatangi kerumunan kami, para pengunjung dan dengan senyum ramahnya mempersilahkan kami untuk pulang karena area candi akan segera ditutup.
Masih belum puas, saya mendatangi warung di dekat parkiran pengunjung. Memesan segelas kopi hitam dan memilih tempat duduk di pinggir tebing. Malam sudah turun sepenuhnya. Kota Jogja terlihat menawan dari atas sini. Sebagian pengunjung yang belum puas juga turut serta mendatangi warung ini. Saya bergabung dengan beberapa pengunjung yang merupakan mahasiswa rantau, sama seperti saya. Berbagi cerita, berbagi kisah, di bawah bayangan agung masa lalu dan di atas gemerlapnya cahaya masa depan.
Saya sangat akrab dengan sebuah jalan yang bernama Candi Gebang. Lokasinya yang dekat dengan rumah membuatnya sering saya lewati. Dulu saya kira 'Candi Gebang' hanyalah sebuah nama jalan atau perumahan. Sama seperti 'Candi Indah' yang saya kira nama dari sebuah candi tapi setelah dicari-cari ternyata merupakan sebuah perumahan semi elit, bukan sebuah candi. Syukurlah Candi Gebang yang saya tuju bukanlah sebuah perumahan, melainkan memang nama dari sebuah candi peninggalan peradaban masa lalu. Penggunaan istilah 'candi' sebagai nama tempat memang sudah lumrah di Jogja. Terutama sebagai nama sebuah perumahan atau hotel. Jadi jangan sampai tertipu dengan sebuah tempat yang namanya diawali dengan kata 'candi'.
Candi gebang yang berada Desa Gebang, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman ini memang kurang terkenal karena bukan merupakan candi utama. Hanya sebuah candi minor yang lokasinya ditengah-tengah perkampungan penduduk dan jauh dari jalan raya. Dari rumah saya mungkin jaraknya hanya sekitar 5 km.
Latar belakang historis dibangunnya Candi Gebang juga belum diketahui. Arkeolog hanya dapat memastikan bahwa candi gebang merupakan sebuah Candi Hindu yang dibangun pada tahun 730-800 M. Jika dilihat dari ukuran tubuh candi yang kecil - hanya 3 meter dari pondasi kaki - mungkin difungsikan sebagai tempat pemujaan warga yang rumahnya jauh dari candi utama. Ibarat sebuah mushala dalam agama islam, atau sebuah kapel dalam agama kristen.
Berawal dari sebuah niat untuk JJS alias jalan jalan sore, sebuah papan petunjuk kecil bertuliskan 'Candi Gebang' tiba-tiba menggoda rasa ingin tahu saya untuk mengunjunginya. Sebelumnya saya memang telah berniat untuk mengunjungi semua Candi yang ada di Jogjakarta. Jika saja saya tidak pernah berniat, mungkin papan petunjuk yang kecil dan hampir tak terlihat itu tidak akan pernah saya gubris. Karena memang tidak begitu meyakinkan untuk dikunjungi. Kompleks area Candi Gebang terletak di tengah persawahan dan hutan bambu sehingga membuatnya sejuk dan tidak panas. Area candi juga sudah ditata dengan indah. Disekelilingnya ditanami rerumputan yang dipagari oleh pohon teh-tehan. Bangku untuk pengunjung tersebar di beberapa titik. Ada satu warung makan kecil dan beberapa penjual bergerobak yang ikut meramaikan candi tunggal yang tampak kesepian ini.
Candi Gebang hanyalah sebuah bangunan candi berukuran kecil tanpa ada candi pengiring / pendamping. Bahkan tampaknya ukuran Candi Gebang lebih kecil dari candi pengiring yang terdapat di Candi Ijo, apalagi Candi Prambanan. Tidak terdapat tangga untuk menuju ke kamar utama. Kemungkinan jaman dulu menggunakan tangga dari kayu, jadi saya harus memanjat kaki candi yang tingginya satu meter untuk menuju ke kamar utama yang berisikan sebuah yoni tanpa lingga.
Pak satpam yang masih muda terlihat tengah asik berbincang dengan bakul bakso bergerobak pink. Saat saya masuk, tidak ada biaya retribusi sama sekali, mungkin karena sudah sore. Saya menyapa pak satpam dan sedikit berbincang dengannya.
Dia menjelaskan bahwa dulu awal dipugarnya Candi Gebang adalah karena ditemukan sebuah arca ganesha oleh warga sekitar pada tahun 1937. Berdasarkan penemuan itu, para arkeolog mulai melakukan penelitian tentang kemungkinan adanya sebuah candi di lokasi penemuan patung tersebut. Diasumsikan bahwa patung Ganesha tersebut merupakan bagian dari sebuah bangunan. Setelah dipastikan tentang adanya sebuah candi di lokasi tersebut, selanjutnya dilakukan penggalian, rekonstruksi dan pemugaran, yang dilangsungkan tahun 1937 sampai tahun 1939 di bawah pimpinan Van Romondt. Sekarang patung Ganesha tersebut bisa kita lihat tertempel pada dinding Candi Gebang.
Beberapa reruntuhan batuan candi yang belum ada pasangannya tertata rapi bersama dengan sebuah lingga yoni yang sudah hancur. Kemungkinan merupakan bagian dari sebuah candi yang masih satu komplek dengan Candi Gebang namun masih berbentuk puzzle dan belum selesai di susun karena tidak ada kepingan pelengkapnya.
Jika pembaca hendak mengunjungi Candi Gebang maka rute paling mudah adalah lewat kampus AMIKOM Yogyakarta. Jika sudah ketemu kampusnya, maka tinggal lurus saja ke utara melalui Jalan Candi Gebang, nanti di kanan jalan akan ada plang kecil bertuliskan 'Candi Gebang'. Jika bingung, tanyakan saja pada warga sekitar, pasti akan dibantu sampai ketemu karena warga Jogja ramah-ramah.