Candi Gebang, Si Kecil Yang Penyendiri
Saya sangat akrab dengan sebuah jalan yang bernama Candi Gebang. Lokasinya yang dekat dengan rumah membuatnya sering saya lewati. Dulu saya kira 'Candi Gebang' hanyalah sebuah nama jalan atau perumahan. Sama seperti 'Candi Indah' yang saya kira nama dari sebuah candi tapi setelah dicari-cari ternyata merupakan sebuah perumahan semi elit, bukan sebuah candi.
Syukurlah Candi Gebang yang saya tuju bukanlah sebuah perumahan, melainkan memang nama dari sebuah candi peninggalan peradaban masa lalu.
Penggunaan istilah 'candi' sebagai nama tempat memang sudah lumrah di Jogja. Terutama sebagai nama sebuah perumahan atau hotel. Jadi jangan sampai tertipu dengan sebuah tempat yang namanya diawali dengan kata 'candi'.
Candi gebang yang berada Desa Gebang, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman ini memang kurang terkenal karena bukan merupakan candi utama. Hanya sebuah candi minor yang lokasinya ditengah-tengah perkampungan penduduk dan jauh dari jalan raya. Dari rumah saya mungkin jaraknya hanya sekitar 5 km.
Latar belakang historis dibangunnya Candi Gebang juga belum diketahui. Arkeolog hanya dapat memastikan bahwa candi gebang merupakan sebuah Candi Hindu yang dibangun pada tahun 730-800 M.
Jika dilihat dari ukuran tubuh candi yang kecil - hanya 3 meter dari pondasi kaki - mungkin difungsikan sebagai tempat pemujaan warga yang rumahnya jauh dari candi utama. Ibarat sebuah mushala dalam agama islam, atau sebuah kapel dalam agama kristen.
Jika dilihat dari ukuran tubuh candi yang kecil - hanya 3 meter dari pondasi kaki - mungkin difungsikan sebagai tempat pemujaan warga yang rumahnya jauh dari candi utama. Ibarat sebuah mushala dalam agama islam, atau sebuah kapel dalam agama kristen.
Berawal dari sebuah niat untuk JJS alias jalan jalan sore, sebuah papan petunjuk kecil bertuliskan 'Candi Gebang' tiba-tiba menggoda rasa ingin tahu saya untuk mengunjunginya.
Sebelumnya saya memang telah berniat untuk mengunjungi semua Candi yang ada di Jogjakarta. Jika saja saya tidak pernah berniat, mungkin papan petunjuk yang kecil dan hampir tak terlihat itu tidak akan pernah saya gubris. Karena memang tidak begitu meyakinkan untuk dikunjungi.
Kompleks area Candi Gebang terletak di tengah persawahan dan hutan bambu sehingga membuatnya sejuk dan tidak panas. Area candi juga sudah ditata dengan indah. Disekelilingnya ditanami rerumputan yang dipagari oleh pohon teh-tehan. Bangku untuk pengunjung tersebar di beberapa titik. Ada satu warung makan kecil dan beberapa penjual bergerobak yang ikut meramaikan candi tunggal yang tampak kesepian ini.
Sebelumnya saya memang telah berniat untuk mengunjungi semua Candi yang ada di Jogjakarta. Jika saja saya tidak pernah berniat, mungkin papan petunjuk yang kecil dan hampir tak terlihat itu tidak akan pernah saya gubris. Karena memang tidak begitu meyakinkan untuk dikunjungi.
Kompleks area Candi Gebang terletak di tengah persawahan dan hutan bambu sehingga membuatnya sejuk dan tidak panas. Area candi juga sudah ditata dengan indah. Disekelilingnya ditanami rerumputan yang dipagari oleh pohon teh-tehan. Bangku untuk pengunjung tersebar di beberapa titik. Ada satu warung makan kecil dan beberapa penjual bergerobak yang ikut meramaikan candi tunggal yang tampak kesepian ini.
Candi Gebang hanyalah sebuah bangunan candi berukuran kecil tanpa ada candi pengiring / pendamping. Bahkan tampaknya ukuran Candi Gebang lebih kecil dari candi pengiring yang terdapat di Candi Ijo, apalagi Candi Prambanan. Tidak terdapat tangga untuk menuju ke kamar utama. Kemungkinan jaman dulu menggunakan tangga dari kayu, jadi saya harus memanjat kaki candi yang tingginya satu meter untuk menuju ke kamar utama yang berisikan sebuah yoni tanpa lingga.
Pak satpam yang masih muda terlihat tengah asik berbincang dengan bakul bakso bergerobak pink. Saat saya masuk, tidak ada biaya retribusi sama sekali, mungkin karena sudah sore. Saya menyapa pak satpam dan sedikit berbincang dengannya.
Dia menjelaskan bahwa dulu awal dipugarnya Candi Gebang adalah karena ditemukan sebuah arca ganesha oleh warga sekitar pada tahun 1937. Berdasarkan penemuan itu, para arkeolog mulai melakukan penelitian tentang kemungkinan adanya sebuah candi di lokasi penemuan patung tersebut.
Diasumsikan bahwa patung Ganesha tersebut merupakan bagian dari sebuah bangunan. Setelah dipastikan tentang adanya sebuah candi di lokasi tersebut, selanjutnya dilakukan penggalian, rekonstruksi dan pemugaran, yang dilangsungkan tahun 1937 sampai tahun 1939 di bawah pimpinan Van Romondt. Sekarang patung Ganesha tersebut bisa kita lihat tertempel pada dinding Candi Gebang.
Diasumsikan bahwa patung Ganesha tersebut merupakan bagian dari sebuah bangunan. Setelah dipastikan tentang adanya sebuah candi di lokasi tersebut, selanjutnya dilakukan penggalian, rekonstruksi dan pemugaran, yang dilangsungkan tahun 1937 sampai tahun 1939 di bawah pimpinan Van Romondt. Sekarang patung Ganesha tersebut bisa kita lihat tertempel pada dinding Candi Gebang.
Baca Juga: Candi Kalasan, Candi Untuk Jiwa Yang bebas
Beberapa reruntuhan batuan candi yang belum ada pasangannya tertata rapi bersama dengan sebuah lingga yoni yang sudah hancur. Kemungkinan merupakan bagian dari sebuah candi yang masih satu komplek dengan Candi Gebang namun masih berbentuk puzzle dan belum selesai di susun karena tidak ada kepingan pelengkapnya.
Jika pembaca hendak mengunjungi Candi Gebang maka rute paling mudah adalah lewat kampus AMIKOM Yogyakarta. Jika sudah ketemu kampusnya, maka tinggal lurus saja ke utara melalui Jalan Candi Gebang, nanti di kanan jalan akan ada plang kecil bertuliskan 'Candi Gebang'. Jika bingung, tanyakan saja pada warga sekitar, pasti akan dibantu sampai ketemu karena warga Jogja ramah-ramah.