Pantai Kampung Nongsa, Pantai Tanpa Ombak di Batam
So..akhirnya saya
sampai di persinggahan tepat pukul setengah sepuluh. Masih terlalu pagi untuk
kemana-kemana dan motor baru tersedia jam dua siang. Akhirnya siang itu saya
habiskan hanya dengan bermalas-malasan sambil browsing tempat-tempat yang wajib
di kunjungi di Batam. Saya juga download offline
maps-nya Google Maps siapa tau nanti disana tidak ada sinyal.
Kenikmatan saya bermalas-malasan terganggu dengan panasnya udara di Batam, sampai anginnya juga ikut panas. Menurut sebuah wangsit yang datang kepadaku, panasnya Batam dikarenakan Batam dikelilingi oleh laut sehingga angin-angin hambar tanpa oksigen menyelimuti pulau Batam. Kebetulan juga di daerah saya tinggal tak nampak pohon-pohon besar sebagai pemasok oksigen, alhasil udaranya panas dan agak lembab.
Motor sudah ditangan, sekarang saatnya ngebolang..sendirian..sedih. Tidak asiknya bepergian sendiri itu karena ga ada temen yang diajak ngobrol, ga ada temen buat bingung-bingung bareng, ga ada temen buat iuran hotel / transport, dan yang paling penting ga ada temen yang ngefotoin kita. Tapi, traveling sendirian bisa lebih fleksibel dan semau kita sendiri. Gimanapun tetap lebih enak pergi bareng sohib-sohib kece kita.
Kebetulan saya memakai motor punya keluarga, tapi kalau kalian butuh sewa motor atau mobil, di Batam banyak tersedia persewaan kendaraan terutama di pusat kota daerah Batam Center atau Nagoya. Harganya bervariasi, untuk motor sekitar Rp. 70.000 – 100.000, untuk mobil Rp. 200.000 – 400.000. Kalau kalian bingung tinggal search di google, banyak iklannya.
Kenikmatan saya bermalas-malasan terganggu dengan panasnya udara di Batam, sampai anginnya juga ikut panas. Menurut sebuah wangsit yang datang kepadaku, panasnya Batam dikarenakan Batam dikelilingi oleh laut sehingga angin-angin hambar tanpa oksigen menyelimuti pulau Batam. Kebetulan juga di daerah saya tinggal tak nampak pohon-pohon besar sebagai pemasok oksigen, alhasil udaranya panas dan agak lembab.
Motor sudah ditangan, sekarang saatnya ngebolang..sendirian..sedih. Tidak asiknya bepergian sendiri itu karena ga ada temen yang diajak ngobrol, ga ada temen buat bingung-bingung bareng, ga ada temen buat iuran hotel / transport, dan yang paling penting ga ada temen yang ngefotoin kita. Tapi, traveling sendirian bisa lebih fleksibel dan semau kita sendiri. Gimanapun tetap lebih enak pergi bareng sohib-sohib kece kita.
Kebetulan saya memakai motor punya keluarga, tapi kalau kalian butuh sewa motor atau mobil, di Batam banyak tersedia persewaan kendaraan terutama di pusat kota daerah Batam Center atau Nagoya. Harganya bervariasi, untuk motor sekitar Rp. 70.000 – 100.000, untuk mobil Rp. 200.000 – 400.000. Kalau kalian bingung tinggal search di google, banyak iklannya.
Beneran ga ada ombak lho. |
Untuk
sore hari ini saya memutuskan pergi ke Pantai Nongsa karena jaraknya cukup
dekat, Cuma 15 kilometer dengan waktu tempuh 20 menit. Jalannya ngga ribet dan
mudah diikuti. Kalau dari Bandara, kita tinggal keluar dan belok kanan ke Jl.
Hang Tuah (arah utara). Lurus terus ikuti jalan sampai pertigaan baru belok
kiri lewat Jl.Hang Jebat. Dari sini tinggal lurus terus sampai nemu perempatan
dengan pos Informasi Pariwisata ditengahnya. Kondisi jalannya mulus dan
lebar, pokoknya nyaman lah berkendara di Batam, jalannya bagus-bagus.
Dari
Pos Info Wisata saya ambil jalur kanan. Pohon-pohon di kanan kiri jalan mulai
rimbun dan lebat, enak di pandang daripada daerah sekitar Bandara yang isinya
bukit tandus dengan debu-debu berterbangan. Saya mengikuti jalan utama sampai
di “Nongsa Village”.
Saya kira waktu liat di peta “Nongsa Village” itu sebuah perkampungan tapi ternyata adalah sebuah Resort / Penginapan dimana kalau kita mau ke pantainya itu harus bermalam dulu.
Duuh dek, “terus gimana dong ini pak satpam? saya jauh-jauh dari Jogja lho” tanya saya. “Abang balik lagi aja nanti di kiri jalan ada jalan tanah, nah masuklah, disitu ada pantai juga Cuma lagi dibangun aja. Gak kalah indah kok bang”. "Kalau lurus kemana bang?" tanyaku lagi. "oo, kalau lurus ke resort Turi Beach bang".
Okelah akhirnya saya putar balik menuju jalan yang ditunjukan pak satpam tadi, pantai yang bukan resort, pantai untuk kaum jelata seperti saya, pantai yang masih milik masyarakat umum, bukan hanya untuk masyarakat ekslusif.
Saya kira waktu liat di peta “Nongsa Village” itu sebuah perkampungan tapi ternyata adalah sebuah Resort / Penginapan dimana kalau kita mau ke pantainya itu harus bermalam dulu.
Duuh dek, “terus gimana dong ini pak satpam? saya jauh-jauh dari Jogja lho” tanya saya. “Abang balik lagi aja nanti di kiri jalan ada jalan tanah, nah masuklah, disitu ada pantai juga Cuma lagi dibangun aja. Gak kalah indah kok bang”. "Kalau lurus kemana bang?" tanyaku lagi. "oo, kalau lurus ke resort Turi Beach bang".
Okelah akhirnya saya putar balik menuju jalan yang ditunjukan pak satpam tadi, pantai yang bukan resort, pantai untuk kaum jelata seperti saya, pantai yang masih milik masyarakat umum, bukan hanya untuk masyarakat ekslusif.
Pier milik Turi Beach Resort dari pantai tempat saya berada |
Jalan tanah berwarna merah tampak kontras dengan jalan aspal yang saya
lewati tadi. Tampaknya daerah pantai ini sedang dibangun karena ada bangunan
semacam kolam air mancur yang baru selesai dipondasi.
Hanya sekitar 100 meter dari jalan utama nampaklah sebuah pantai dengan pasir putih dan ombak yang sangat tenang bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada ombaknya sama sekali.
Beberapa bapak terlihat tengah asyik memancing sementara anak-anak mereka dibiarkan bermain pasir pantai. Anak-anak muda kampung sekitar sedang asik duduk-duduk di sebuah kursi dibawah pohon sambil bergitar dan menyanyikan sebuah lagu melayu yang saya tidak pernah dengar sebelumnya.
Hanya sekitar 100 meter dari jalan utama nampaklah sebuah pantai dengan pasir putih dan ombak yang sangat tenang bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada ombaknya sama sekali.
Beberapa bapak terlihat tengah asyik memancing sementara anak-anak mereka dibiarkan bermain pasir pantai. Anak-anak muda kampung sekitar sedang asik duduk-duduk di sebuah kursi dibawah pohon sambil bergitar dan menyanyikan sebuah lagu melayu yang saya tidak pernah dengar sebelumnya.
Inilah
Pantai Kampung Nongsa atau Pantai sebelah “Nongsa Village”. Suasananya sangat
tenang dan syahdu apalagi ditambah dengan lagunya Payung Teduh yang sedang saya
dengarkan lewat earphone.
Ombaknya bergerak sangat pelan. Diseberang sana terlihat samar gedung-gedung bertingkat kepunyaan negeri tetangga Singaparna. Ada sebuah ayunan sederhana yang hanya diikatkan pada ranting pohon. Ayunan tersebut begitu menggoda untuk diduduki. Sambil ayun perlahan-lahan, kunikmati pantai tenang ini bersama secangkir kopi hangat dan sebatang rokok lintingan sendiri. Berasa jadi anak reggae.
Ombaknya bergerak sangat pelan. Diseberang sana terlihat samar gedung-gedung bertingkat kepunyaan negeri tetangga Singaparna. Ada sebuah ayunan sederhana yang hanya diikatkan pada ranting pohon. Ayunan tersebut begitu menggoda untuk diduduki. Sambil ayun perlahan-lahan, kunikmati pantai tenang ini bersama secangkir kopi hangat dan sebatang rokok lintingan sendiri. Berasa jadi anak reggae.
Pantai di Batam semuanya ada ayunannya. |
Jam menunjukkan
pukul setengah lima. Saya harus segera beranjak pindah ke pantai lainnya yang
masih berada di daerah Nongsa dikarenakan pantai ini menghadap agak ke timur
jadi tidak ada sunset disini. Tujuan berikutnya adalah daerah “Nongsa Pantai”
dimana saya bisa melihat sunset. Di pantai itu terdapat makam dari “Nong Isa”,
salah satu leluhur yang menjadikan daerah ini bernama “Nongsa”. Bersambung ke sini
Galeri :
Bapak mancing, anak masir. |
Ombaknya sangat tenang. |
Pantai tanpa pengunjung, pantai seperti ini yang enak dinikmati |
Laut yang tanpa ombak membuatnya seperti sebuah danau yang membeku. |
Pasirnya putih. |
Pier milik Turi Beach resort |
Nasib jalan-jalan sendiri, fotonya pakai timer. |