Januari 18, 2016


Weekend kemarin untuk menyegarkan kondisi otak beberapa teman yang sudah lelah bekerja, saya mengajak mereka untuk refreshing. Kasihan melihat muka kusut dan bete mereka karena kerjaan yang numpuk, sementara saya muka kusut karena nyari kerjaan, keren kan?

Tujuannya adalah pantai Gunung Kidul (lagi) karena langsung di pinggir jalan dan tidak repot, begitu sampai bisa langsung mendirikan tenda, hehe.

Berbekal mobil dan perlengkapan camping sewaan kami pun meluncur hari sabtu sore menuju Pantai Krakal. Rute menuju pantai Krakal bisa dilihat disini, lokasinya bersebelahan dengan Pantai Sadranan, hanya dipisahkan tebing karang saja.

Mendekati pantai, semburat sinar matahari menyeruak di sebelah barat atau di sebelah kanan kami. Setelah bayar parkir mobil Rp. 10.000, kami bergegas mencari spot yang aman dan damai.

Ternyata di situ sudah ada beberapa orang yang mendirikan tenda juga, dan beberapa diantaranya adalah segerombolan wanita muda ala ala socialita. Bakal asik nih, kiranya ada seorang gadis yang khilaf masuk tenda kami, haha. Begitu tenda berdiri, kami langsung segera mencari kayu bakar dan apa saja yang kiranya bisa dibakar. Untungnya malam hari ini cuacanya bagus, bintang-bintang terlihat. 

Hari mulai gelap, kami mencoba menyalakan kayu bakar yang tadi kami kumpulkan sementara Diki, teman kami yang mantan seorang barista di sebuah cafe terkenal di Yogyakarta menyiapkan biji kopi dan grinder.

"Esrek..esrek..esrek" suara grinder kopi mulai menggiling biji kopi menjadi butiran-butiran debu di angkasa. Semerbak wangi kopinya amat menyegarkan. 

Api unggun berhasil dinyalakan, kopi Aceh Gayo sudah terseduh dengan aromanya yang semerbak di udara dan alunan suara gitar mengiringi sebuah lagu dari Payung Teduh yang kami nyanyikan dengan buas. Sayup-sayup juga terdengar suara cekikikan gadis-gadis sosialita dari tenda berwarna hijau, mbak sini mbok melu nyanyi karo aku.

Bang Dik, The Barista
Paginya kami bangun jam setengah tujuh, dan seperti biasa, sudah banyak pengunjung di pantai Krakal. Banyak bule juga ternyata. Beberapa warung sudah buka dan juga ternyata di Pantai Krakal ada penyewaan alat snorkeling.

Kami nikmati suasana pagi hari dipantai berpasir putih yang harmonis ini ditemani kopi Aceh Gayo ala Bang Dik. Setelah ngopi, kami menuju ke bukit karang krakal, untuk menikmati pantai dari ketinggian, dan ternyata pemandangannya asoooyy, keren sekali cah! 

Di Bukit ini ada yang namanya Batu Gemuruh. Jadi batu ini bersuara gemuruh beberapa detik sekali karena batu ini bolong dan lubang bolongannya ini tembus sampai ke laut Ketika ombak menabrak bukit karang ini maka suara gemuruh ombak akan teresonansi melewat batu diatas bukit ini.

Kami tidak berlama-lama diatas bukit ini karena panasnya luar biasa. Setelah turun, kami langsung membeli es kelapa muda seharga Rp. 10.000 per orang yang kami nikmati dibawah warung beratapkan sabut kelapa dengan angin yang sepoi-sepoi genit.

Pantai Krakal dari atas bukit
Karena matahari mulai nakal, maka kami putuskan untuk pulang ke Kota Jogja yang sekarang bertambah sumpek dan macet itu. Simple memang, hanya sekedar camping, tapi mampu menyingkirkan pikiran penat setelah bekerja selama seminggu. Coba deh kapan-kapan kalian camping ceria bersama teman-teman, dan jangan lupa ajak diriku juga ya.

It's Me!
Susilo, Sang Wartawan Kompas

Ikan-ikan terlihat saat surut
Nelayan hendak mencari ikan


Post a Comment: