Februari 24, 2015


Bugis Street, pada tahun 1950 - 1980an terkenal sebagai tempat mangkalnya para waria yang centil nan manja. Jaman segitu waria masih bisa dikatakan fenomenal. Keunikan Bugis Street tersebut membuatnya dikenal oleh wisatawan sebagai salah satu destinasi wisata "minat khusus" Singapura.

Namun dalam taham berkembangnya Singapura menjadi negara modern, kawasan Bugis masuk kedalam kawasan yang harus dipermak menjadi sebuah kawasan perdagangan dan perbelanjaan. Adanya perkembangan tersebut tidak lantas mengubah daerah Bugis menjadi wajh hang berbeda. Bugis masih menyisakan sedikit peradaban "sex" yang ditandai dengan berdirinya beberapa toko yang khusus menjual sex toys.

Tips Jalan-Jalan Ke Singapore

Kontes Waria Cantik jaman dulu di Bugis Street.
Orang Indonesia mengenalnya sebagai Bugis Street, kawasan perbelanjaan murah ala ala Malioboro di Yogyakarta. Setiap musim liburan pasti tempat ini rame oleh wasatawan Indonesia, kenapa? mungkin karena nama "Bugis" cukup akrab di telinga orang Indonesia, khususnya merujuk pada Suku Bugis di Sulawesi Selatan. Orang Bugis terkenal karena ketangguhannya dalam mengarungi laut dan semangat berdagangnya ang membuatnya sebagai salah satu suku perantau ulung di Indonesia. Nah, jaman dulu kala, pedagang-pedagang dari Bugis ini mengarungi Samudera sembari membawa dagangan berupa rempah-rempah ke dataran Melayu, tepatnya ke sebuah pulau kecil yang hingga saat ini menjadi pasar dagang Internasional, yaitu Singapore. Karena perniagaan yang lancar maka beberapa orang menetap di Singapore dan lahirlah kawasan "Bugis", salah satunya adalah Bugis Street itu sendiri.


Nah, dari Orchard Road saya melanjutkan jalan-jalan ke Bugis Street naik Bus keliling kota ~syalala~. Sesampainya di Bugis Street, saya langsung nyamperin sebuah bangunan mirip pasar yang sungguh ramai sekali, karena hari ini adalah hari Minggu. Matahari semakin turun, lampu-lampu mulai dinyalakan, menambah suasana semakin disko. Kebanyakan pedagang ang ada di Bugis Street adalah pedagang pakaian dan street food. Harganya sungguh tidak mahal, pantas saja banyak wisatawan yang mampir kesini untuk sekedar membeli oleh-oleh untuk kerabat mereka tercinta. Saya juga ikut membeli beberapa kaos dengan harga SGD 10 untuk tiga biji kaos dan beberapa kerenceng gantungan kunci. 


Saya beberapa kali menjumpai Sex Shop dan sempat berdecak kagum melihat isi didalamnya. Maklum, toko seperti ini mustahil di jumpai di Indonesia. Ingin rasanya saya masuk dan melihat-lihat apa saja gerangan yang di perdagangkan didalamnya namun hati kecil ini berontak, wkwkwk. Iyalah, gimana coba kesan orang ang melihat seorang dekil dari Indonesia masuk sebuah toko Sex, bisa dideportasi muka saya dari dunia ini, haha. Seteah puas shoping (sebagian besar sih cuman window shoping) saya mampir disebuah kedai kopi dan memesan secangkir Kopi-O sambil menghisap sebatang rokok yang harga sebungkusnya bisa buat beli tiga kaos oleh-oleh. 

Post a Comment: