April 16, 2017


Matahari sudah menyemburatkan warnanya yang keemasan. Ujung jalan beraspal Pulau Galang sudah kami lewati, begitu pula dengan petualangan hari ini terpaksa harus kami akhiri untuk kembali ke Kota Batam tercinta.

|Baca cerita sebelumnya di Pantai Cakang

Sebenarnya masih banyak pantai di Barelang yang nampaknya indah kalau di lihat di Google dan ingin kami kunjungi semua, tapi hari sudah hampir gelap jadi terpaksa kami lewati dulu pantai-pantai yang lain. Mungkin di lain waktu dan lain kesempatan saya bisa mengunjungi semua pantai di Barelang.

Jembatan Barelang menjelang malam hari
Seperti saat berangkat, pulangnya pun jalanan sangat sepi. Mobil rental kami melaju dengan kencang melewati bukit-bukit tandus khas Pulau Batam tanpa ada halangan sedikitpun, alhamdulilah. 

Jembatan demi jembatan kami lewat sampai akhirnya terlihat Jembatan Barelang yang terlihat megah dari kejauhan. Mendekati jembatan, sudah banyak warga yang kongkow di pinggiran jalan. Sebentar lagi lampu jembatan akan mulai dinyalakan dan mulai menerangi langit malam yang membiru mendayu-dayu. 

Jembatan Barelang dari kejauhan
Pas sekali hari itu adalah hari dimana para jomblo tengah meratapi nasib mereka. Kenapa? Karena hari itu adalah malam minggu.

 Jembatan Barelang sudah berasa seperti pasar malam yang minus komidi putar dan rumah hantu saja. Warga Batam maupun wisatawan sudah mengerubuti jembatan tersebut. Jalan yang tadinya mulus mendadak jadi macet. Inilah daya tarik ikon sebuah kota, dimanapun kita berada, ikon sebuah kota pasti akan ramai dikunjungi. 

Berhubung yang ada di dalam mobil hampir 60% jomblo, maka diputuskanlah untuk berhenti sejenak di Jembatan Barelang, menikmati suasana Jembatan Barelang di malam hari, alih-alih sebenarna pengin cuci mata melihat cewek Batam yang aduhai mak cantiknye. 

Teman-teman baru yang asik!
Setelah kendaraan sudah rapi di parkirkan, seperti biasa, tukang parkir yang entah dari mana datangnya tiba-tiba menghampiri kami dan berkata "sepuluh ribu bang" sambil menyerahkan tiket parkir. 

Banyak penjual makanan di Jembatan Barelang. Yang suka jajan saya jamin bakal sangat tergoda untuk mencicipi semua makanan yang ada disini, karena makanan disini unik-unik dan jarang ada di Jawa. Makanan yang paling saya sukai adalah otak-otak. Beda dengan otak-otak Jawa yang bentuknya kayak "anu", otak-otak disini bentuknya semacam pepes, rasanya? makjoss!
Muka kucel penuh dosa
Sangat disayangkan kameraku baterainya wafat, jadi tidak banyak yang terdokumentasi di malam yang penuh sejarah tersebut. 

Kami menyusuri jembatan dari ujung keujung, menggoda awek-awek innocent dengan muka kucel dan berminyak, ngobrol sana sini sampai akhirnya salah satu teman saya nyeletuk, "ke Sintai yuk!" Dan di jawab dengan sangat antusias oleh teman saya yang lainnya " waaah, boleeeh juga tuuh". Saya dengan muka polos pun mengiyakan ajakan mereka tanpa tau apa dan dimana Sintai itu. Perasaanku nggak enak nih...

The Three Jombkenteer

Post a Comment: