Februari 03, 2021


Manusia sebagai makhluk hidup yang paling bijaksana — itu lah mengapa kita disebut sebagai homo sapiens, yang berarti manusia bijaksana — seharusnya dapat belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu untuk masa depan yang lebih baik. Kalau kata Bung Karno, Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah.


Menurut Jared Diamond, seorang ahli geografi dan juga sejarah, dalam bukunya yang berjudul Collapse, menyatakan bahwa runtuhnya beberapa peradaban masa lalu seperti bangsa Maya di Amerika Selatan, bangsa Anasazi di Amerika Utara, bangsa Polinesia di Pulau Paskah, dan peradaban kuno lainnya dimulai hanya selang satu atau dua dekade setelah mencapai puncaknya.

Puncak peradaban ini ditandai dengan maksimalnya populasi, konsumsi sumberdaya, serta produksi limbah. Hal ini berarti dampak lingkungan telah melebihi sumber daya yang ada dan berujung pada runtuhnya peradaban-peradaban tersebut.

Kita ambil contoh runtuhnya peradaban Suku Maya. Pada sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2012 dan diterbitkan oleh Proceedings of The National Academy of Sciences. Para peneliti dari Arizona State University menganalisis data arkeologi di daerah Yucatan, Mexico, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan saat dareah tersebut ditinggalkan oleh bangsa Maya pada sekitar abad ke-10.

Mereka menemukan bahwa, pada saat itu pernah terjadi penurunan curah hujan yang parah dibarengi dengan laju deforestisasi yang begitu cepat dikarenakan suku Maya membakar dan menebang semakin banyak hutan untuk membuka lahan pertanian. Menariknya, mereka juga membutuhkan kayu dalam jumlah besar untuk membakar lapisan kapur yang digunakan sebagai konstruksi bangunan rumit mereka. Para ahli memperkirakan, dibutuhkan setidaknya 20 pohon untuk membangun satu meter persegi lanskap kota.

Lahan yang dibuka akan menyerap lebih sedikit radiasi matahari, lebih sedikit air yang menguap dari permukaannya, membuat awan dan curah hujan lebih langka. Akibatnya, penggundulan hutan yang cepat memperburuk kekeringan yang sudah parah. Kurangnya tutupan hutan juga berkontribusi pada erosi dan penipisan tanah.

Dengan populasi yang sudah demikian padat, kombinasi faktor-faktor ini menyebabkan bencana besar bagi masyarakat yang hanya mengandalkan hasil pertanian untuk bertahan hidup. Kekeringan yang tidak umum menyebabkan gagal panen terus menerus dan kelaparan merajalela. Pada akhirnya mereka bermigrasi ke daerah lain, menelantarkan peradaban yang sudah susah payah mereka bangun. Semua akibat dari ketidaktahuannya akan dampak lingkungan yang telah mereka sebabkan.



Si Katak dan Air Mendidih
Runtuhnya peradaban ini tidak terjadi secara mendadak. Tetapi berangsur-angsur, sampai akhirnya mereka menyadari bahwa mereka sudah berada di ambang kehancuran. Sudah terlambat untuk memperbaikinya. 

Saya jadi teringat mengenai eksperimen seekor katak dan air mendidih. Saat seekor katak diletakkan pada sebuah baskom berisi air yang sudah mendidih. Maka katak tersebut akan langsut melompat keluar. Katak tersebut selamat, walaupun sebagian tubuhnya melepuh.

Tetapi, saat seekor katak diletakkan pada sebuah baskom berisi air dingin dan perlahan-lahan suhu airnya dinaikkan, katak akan menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu air yang berubah secara perlahan itu. Katak terus menyesuaikan suhu tubuhnya, sampai akhirnya air mendidih, dan si katak ini menyadari bahwa sudah terlambat untuk meloncat keluar karena energinya sudah habis. Akhirnya katak tersebut tewas, mengenaskan. (eksperimen tersebut dapat di lihat di youtube dengan kata kunci 'boiling frog syndrome')

Tanda-tanda keruntuhan peradaban tersebut nampaknya telah membayangi peradaban kita saat ini. Sebuah peradaban global yang jauh lebih besar daripada peradaban-peradaban masa lalu yang masih bersifat lokal. Peradaban global artinya perubahan sekecil apapun yang terjadi di salah satu belahan bumi ini akan memiliki dampak yang menyeluruh di belahan bumi lainnya. Dampaknya tentu saja sangat luas, tidak lagi sekedar satu bagian kecil hutan amazon yang dihuni bangsa Maya, melainkan keseluruhan bumi ini beserta makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.

Contohnya adalah pembabatan hutan yang terus menerus terjadi di Indonesia belakangan ini turut berdampak pada pemanasan global yang terjadi di dunia. Pada skala lokal, hilangnya hutan yang berfungsi sebagai resapan air akan menyebabkan banjir di beberapa daerah terdampak. Contohnya banjir yang menimpa beberapa kota dan kabupaten di Kalimantan Selatan, yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Hulu Sungai Utara pada Januari 2021 kemarin.

Peta perubahan penggunaan lahan hutan di Kalimantan dalam kurun waktu 1973-2015.
(Sumber: Center for International Forestry Research)

Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Dampak terburuknya adalah:

  1. Perubahan iklim. Menyebabkan kekeringan dimana-mana dan pergantian musim yang tidak stabil, dimana suatu musim dapat terjadi lebih lama atau lebih cepat.
  2. Mencairnya es di kutub bumi. Hal ini menyebabkan naiknya permukaan air laut dan berakibat terjadinya banjir pada daerah-daerah pesisir serta tenggelamnya pulau-pulau kecil.
  3. Produksi pertanian menurun. Sebagai akibat dari kekeringan yang terjadi pada beberapa daerah yang terdampak yang menyebabkan banyak tanaman mati dan gagal panen.
  4. Kepunahan hewan. Sebagai akibat dari berubahnya habitat asli mereka. Hewan yang mampu bertahan hanyalah mereka yang dapat bermigrasi ke daerah lain dimana masih terdapat habitat asli mereka yang belum terkena dampak.
  5. Merebaknya penyakit. Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme tertentu. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih luas. Sehingga menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
Peradaban kita sekarang ini pun kondisinya hampir sama dengan si katak mengenaskan tadi. Kita terus menerus merusak lingkungan, sementara lingkungan merespon dengan berbagai perubahan-perubahannya -yang tentunya tidak bagus. Kita lagi-lagi beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Tetapi sampai kapan? Apakah kita akan menyadari bahayanya sehingga kita bisa melompat lebih awal, atau kita akan terlena dan terus menerus beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang semakin buruk itu sampai akhirnya kita terlambat untuk melompat, dan mati bersamanya?



Menghentikan Kiamat
Peradaban suku Maya hancur karena mereka tidak mengerti apa yang telah mereka lakukan. Tetapi, sekarang kita sudah mengerti betapa bahayanya perubahan iklim dan lingkungan bagi kehidupan di muka bumi. Untuk itu, saya akan ulangi lagi pertanyaan di atas, akankah kita melompat sebelum airnya mendidih, ataukah kita akan apatis, acuh tak peduli sampai semuanya terlambat?

Beberapa ahli memberikan solusi untuk mencegah semakin parahnya kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang terjadi. Walaupun tidak sepenuhnya menghentikan lajunya, setidaknya dapat memberi waktu kepada bumi kita ini untuk pulih dan meregenerasi dirinya sendiri. Sehingga dampak buruknya dapat diminimalisir.

Beberapa solusi untuk meminimalisir dampak akibat kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang ditawarkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

  1. Konservasi lingkungan. Akumulasi gas karbon yang ada di atomsfer dapat dikurangi dengan melakukan penanaman pohon dan penghijauan pada lahan-lahan yang kritis. Tumbuhan memerlukan karbondioksida dan menghasilkan oksigen dalam proses fotosintesisnya. 
  2. Energi Terbarukan. Sebagian besar emisi gas karbon yang terakumulasi di atmosfer merupakan hasil dari penggunaan energi bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara yang banyak dipakai oleh mesin-mesin kendaraan dan industri. Energi tersebut tidak terbarukan. Untuk itu, kita dapat menggantinya dengan sumber energi terbarukan yang aman dari emisi gas karbon, seperti; menggunakan energi matahari, angin, air, serta bioenergy.
  3. Daur ulang dan efisiensi energi. Sampah, baik organik maupun anorganik dapat kita daur ulang menjadi energi sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang disebabkannya. Sekarang ini kita dapat mengolah sampah-sampah tersebut menjadi sumber energi bahan bakar yang ramah lingkungan. Di Indonesia sudah terdapat beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), salah satunya ada di Surabaya.
  4. Mendidik Masyarakat. Semua solusi di atas tidak akan berhasil tanpa adanya peran dari masyarakat. Dengan mendidik masyarakat agar memahami betapa pentingnya alam bagi kehidupannya. Maka, masyarakat akan memiliki pola pikir dan kesadaran yang pro-lingkungan sehingga dapat mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang ramah lingkungan.
Solusi yang dilakukan untuk menangani permasalah lingkungan ini memang akan memiliki implikasi atau akibat langsung terhadap pembangunan sosial ekonomi, pola produksi dan konsumsi serta terhadap pekerjaan, pendapatan dan upaya pengurangan kemiskinan. Namun, disamping resikonya, implikasi ini juga memiliki peluang yang besar bagi masyarakat pekerja di dunia. Peluang tersebut adalah semakin banyak green jobs yang akan diciptakan sebagai upaya untuk menciptakan perekonomian yang rendah karbon dan lebih berkelanjutan.


Berkerja Sekaligus Menyelamatkan Bumi

Dewasa ini, banyak negara mulai meninggalkan model ekonomi intensif karbon menuju ke ekonomi hijau. Kenapa bisa begitu? Menurut data dari World Economic Forum (2020), lebih dari separuh PDB (Produk Domestik Bruto) global, senilai US$ 44 triliun, terancam hilang karena rusaknya alam. Uang sebanyak itu bisa untuk melunasi hutang Indonesia sebanyak 100 kali!Sebagai catatan, hutang Indonesia ke luar negeri per tahun 2020 adalah sebesar $US 413,4 Milyar.

Dari data tersebut, pembangunan ekonomi yang merusak lingkungan justru berpotensi menimbulkan ongkos yang besar bagi PDB (Produk Domestik Bruto), kesejahteraan masyarakat, dan lapangan kerja. Dengan ekonomi hijau, selain mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan membangun lebih banyak lapangan pekerjaan, ia juga mampu menjaga kelestarian alam. Sekali mendayung, tiga pulau terlampaui.

Ekonomi hijau dapat menciptakan lapangan kerja baru yang ramah lingkungan (green jobs) pada tiga sistem sosio-ekonomi yaitu pangan, pemanfaatan lahan dan laut; infrastruktur dan lingkungan buatan; serta energi dan industri ekstraktif.

Green jobs itu sendiri adalah jenis pekerjaan layak dan ramah lingkungan yang berkontribusi dalam upaya pelestarian dan pemulihan lingkungan baik di sektor tradisional maupun hijau.


Dikutip dari Bappenas'Green Growth atau Pertumbuhan Ekonomi Hijau adalah pertumbuhan ekonomi yang kuat, namun juga ramah lingkungan, serta inklusif secara sosial. Berbeda dengan model pembangunan konvensional yang mengandalkan praktik yang tidak berkelanjutan seperti pengurasan dan penghancuran sumber daya alam, pertumbuhan hijau merupakan suatu gerakan terkoordinir yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, penurunan tingkat kemiskinan dan keterlibatan sosial yang didorong oleh pengembangan dan pemanfaatan sumber daya global secara berkelanjutan.'

Indonesia bersama negara-negara tetangga sudah menyatakan komitmennya untuk mengkampanyekan green jobs pada ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM) ke-25, tahun 2018 lalu.

Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dipilih sebagai provinsi percontohan untuk perencanaan dan kegiatan pertumbuhan hijau berdasarkan rekomendasi dan kebutuhan Pemerintah Indonesia.

Lalu, jenis pekerjaan apa saja yang tergolong green jobs?

Menurut ILO (International Labour Organisation), bidang-bidang pekerjaan yang berpotensi menjawab masalah perubahan iklim serta masalah-masalah lingkungan lainnya adalah:
  • Pemulihan stok dan konstruksi hijau yang ada
  • Pengolahan limbah dan daur ulang 
  • Transportasi umum
  • Pertanian dan produksi pangan yang berkelanjutan
  • Kehutanan yang berkelanjutan (bersertifikasi) dan mencegah deforestasi
  • Pengelolaan manufaktur dan rantai pasokan
  • Suplai dan efisiensi energi
  • Pelestarian biodiversitas dan ekosistem.
Sementara itu, contoh green jobs yang ada di Kawasan Asia Pasifik adalah sebagai berikut:
  • Profesional yang bergerak di bidang jasa pemulihan bangunan (China)
  • Para penanam bakau dalam program adaptasi iklim (Vietnam)
  • Teknisi sistem energi matahari (China)
  • Spesialis eksplorasi panas bumi (Indonesia)
  • Petani organik (Filipina)
  • Pendaur ulang limbah dengan kondisi kerja yang layak di koperasi yang terorganisir dengan baik (Indonesia)
  • Pemandu wisata ekoturisme lokal (Samoa)
  • Pekerja di bidang prasarana umum di daerah pesisir pantai (Bangladesh)
  • Pekerja restorasi lahan basah (Thailand)
  • Auditor energi di industri pengolahan udang (Bangladesh)

Green Jobs, Sebuah Identitas dan Kebanggaan
Mungkin saat ini di Indonesia memang masih agak sulit untuk menemukan lowongan pekerjaan di bidang green jobs. Selain karena informasi yang terbatas, juga tidak ada pembatasan yang jelas di bursa kerja antara mana yang termasuk green jobs, dan mana yang termasuk pekerjaan konvensional biasa saja. — Barangkali dari pembaca ada yang mau bikin website atau aplikasi lowongan kerja khusus green jobs?

Tapi jangan patah semangat dulu! Kamu tidak harus menjadi pekerja green jobs untuk dapat menyelamatkan bumi. Loh kok? Ya! karena kamu bisa menciptakan green jobs-mu sendiri dengan menciptakan green start up!

Di Indonesia sudah mulai bermunculan beberapa start up energi terbarukan yang selain menghasilkan cuan, juga menambah lapangan pekerjaan, sekaligus melestarikan lingkungan. 

Beberapa start up energi terbarukan di Indonesia contohnya adalah:
  • Ailesh Power, yang berfokus di bidang mengolah sampah menjadi energi
  • Sylendra Power yang merupakan start-up di bidang solar panel
  • BIOPS Agrotekno yang berfokus pada pemanfaatan teknologi energi terbarukan di bidang pertanian 
  • Forbetrics yang memiliki fokus pada pembuatan hardware yang dapat menghemat energi listrik
  • Warung Energi, yang bergerak di bidang distribusi teknologi energi-energi terbarukan
  • Pendulum, yang berfokus di bidang pemanfaatan gelombang laut menjadi energi terbarukan
  • Bionersia, berfokus pada pemanfaatan biogas menjadi energi terbarukan.
  • Dan masih banyak lagi start up lainnya seperti Vena Energy, Swadesi Surya Persada (SUPER), Chakra Giri Energi Indonesia, Enertec Mitra Solusi, Energi Persada, RESCO Sumba, dll.
Sektor energi, khususnya energi terbarukan menjadi salah satu sektor yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan sosial Indonesia. Pengembangan dan penyebarannya akan dapat membuka banyak peluang kerja.

Energi terbarukan akan membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia untuk memperoleh kebutuhan esensial, seperti air bersih dan sanitasi, akses informasi dan pendidikan, peningkatan ekonomi lokal, literasi keuangan, hingga ketahanan pangan, dan mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih bersih.

Nah, peluang kerja di sektor green jobs ini dapat menjadi pilihan untuk anak muda Indonesia masa kini. Dengan terjun ke green jobs, anak muda akan mememiliki keunggulan kompetitif merespons pandemi global dan gelombang perubahan iklim yang lebih besar.

Adalah sebuah identitas dan kebanggaan tersendiri untuk dapat bekerja di sektor Green Jobs, karena bekerja di green jobs berarti bekerja untuk menciptakan dampak sosial yang lebih baik, sekaligus menyelamatkan bumi dari berbagai akibat kerusakan lingkungan, dan menciptakan masa depan Indonesia yang lebih bersih. 

...

Sumber:

➝ Diamond, Jared. 2014. Collapse: Runtuhnya Peradaban-Peradaban Dunia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
➝ Turner, B.L. II, Jeremy A. Sabloff. 2012. Classic Period collapse of the Central Maya Lowlands: Insights about human–environment relationships for sustainability. https://www.pnas.org/content/109/35/13908.abstract
➝ Utina, Ramli. Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya. https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/324/HAY-GLOBAL-Impact-and-Emplementation-Miminization.pdf
➝ Yoshio, Alfonso. 2020. "Green Jobs, Masa Depan Ekonomi dan Lapangan Kerja", https://katadata.co.id/ariemega/infografik/5fae68d68adb9/green-jobs-masa-depan-ekonomi-dan-lapangan-kerja
➝ Bappenas. FAQ Green Growth Bappenas, http://greengrowth.bappenas.go.id/faq-id/
➝ ILO Jakarta. "Lembar Fakta tentang Pekerjaan yang Layak dan Ramah Lingkungan (Green Jobs) di Indonesia, https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_149950.pdf
➝ JPNN. 2020. "Generasi Muda Indonesia Didorong Terjun ke Green Jobs". https://www.jpnn.com/news/generasi-muda-indonesia-didorong-terjun-ke-green-jobs?
➝ Mashud. 2020. "6 Startup EBT Terpilih Masuk Program Inkubasi dan Akselator New Energy Nexus Indonesia", https://investor.id/business/6-startup-ebt-terpilih-masuk-program-inkubasi-dan-akselator-new-energy-nexus-indonesia
➝ Febrianty, Yessi, Gabriela Kakalo. 2020. "Start-Up Energi Terbarukan: Pintu Green Jobs Anak Muda", https://coaction.id/start-up-energi-terbarukan-pintu-green-jobs-anak-muda/

59 comments:

  1. sekarang banyak start up baru yang bagus2 seperti green jobs ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, sudah mulai bermunculan start up di sektor green jobs, barangkali mau mencoba jadi salah satunya? 😁

      Hapus
  2. Sungguh luar biasa artikel ini
    Saya hanya bisa mangut-mangut, pertanda saya setuju dan kagum

    BalasHapus
  3. Jujur, baru kali ini mendengar istilah green jobs🙈🙈 Kebetulan saat ini statusku juga masih pencari kerja, dan memang betul, belum ada indikator kategori green jobs di bursa lowongan. Menarik juga sih ya kalau perusahaan mengklaim dirinya sebagai green employer (apa betul istilah ini?) dan pencari kerja juga dapat mencantumkan sebagai green employee di CV-nya, karena tertarik dan bersedia berpartisipasi serta bekerja di green company. Keduanya bisa menjadi poin plus masing2 pihak. Keren lah ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, peluang bagus nih dibuat semacam jobstreet tapi khusus green jobs gitu. Jadi ada jalur yang bisa diikuti buat anak muda yang pengin berkiprah di dunia green jobs. Atau barangkali sudah ada tapi nggak terlalu terekspos yah, karena terlalu segmented.

      Hapus
  4. Bagus sekali proyek yang diusung green jobs, tapi sayangnya cumauntuk kaum muda.
    Kasihan kaum tua, eh maksudya yang berumur ada keinginan gabung tapi tak bisa karena alasan kriteria usia.

    Mungkin akan jadi masukan komentarku ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang tua juga boleh banget kok mas, cuman karena biasanya kesempatan kerja itu lebih terbuka lebar bagi anak muda, jadi sasaran kampanyenya adalah anak muda. Yang tua-tua mungkin bisa juga ikut jadi investornya, hahaha

      Hapus
  5. wah...up to date tulisannya....
    sangat benar, sekedar info: di Amerika, sekitar 21 juta green job akan tersedia dalam rentang 10 tahun mendatang....

    Mantap artikelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya perlahan-lahan tapi pasti, nanti dunia kerja akan berubah juga dari blue collar / white collar ke green collar jobs. Thaks sudah membacanya pak!

      Hapus
  6. Pernah ikut kegiatan Go green juga mas di Sumatera Utara pas kegiatan penanaman bibit Mangrove. Ternyata manfaatnya lumayan banyak, mulai dari kembalinya habitat hewan, mencegah abrasi hingga ekonomi seperti olahan daun mangrove menjadi teh. Cocok dimanfaatkan untuk usaha sambil melindungi alam..

    Tapi untuk Green Jobs, bisa dibilang sedikit jadinya banyak yang fokus ke Start Up seperti di medan membuat aplikasi jual sampah. Semoga aja loker Green jobs semakin ramai, biar masyarakat kita semakin peduli lingkungan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah mas, sementara ini mungkin memang masih sedikit yah, tapi seiring semakin bermunculannya perusahaan-perusahaan ramah lingkungan, kesempatan kerja green jobs juga akan semakin terbuka lebar.

      Hapus
  7. Mari sama-sama kita tunggu dampak posifnya program green jobs, Mas. Ulasan yang bernas sarat manfaat. Selamat siang. Terima kasih telah berbagi informasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dampak dari program green ekonomi ini pasti akan sangat positif. Terimakasih sudah membaca artikel saya bu.

      Hapus
  8. masuk akal, ramai-ramai bangun kota yang megah membutuhkan kayu yang banyak tapi ga peduli untuk nanem kembali, auto celaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu lah mengapa green ekonomi sangat penting untuk pembangunan yang berkelanjutan mas.

      Hapus
  9. Sangat setuju dan mendukung ini tulisan, karena apa dengan memilih green job maka selain kita mendapat bekal hidup, sekaligus menyiapkan warisan alam lestari buat anak cucu kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh ada bang Vito, yoi bang, pelestarian lingkungan ini berhubungan banget sama pekerjaanmu kan yah? mohon dipersulit itu ya orang2 yang mau ijin buka lahan hutan di Kalbar, wkwkwk

      Hapus
  10. Menarik sekali dengan adanya aksi seperti ini, seperti kita lihat saat ini lahan hijau sudah semakin sedikit akibat perusakan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah organisasi, kelompok, perusahaan yang dapat melindungi aset berharga kita ini supaya dapat dinikmati dan dirasakan dimasa yang akan datang tanpa merusaknya. Karna tentu dampak yang diberikan dari pengrusakan ini berakibat bencana yang tidak dapat dihindari.. Green jobs ini bisa dipertimbangkan untuk dipilih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mas, peran perusahaan sangat penting agar semakin banyak green jobs tersedia. Yang susah adalah mengubah perusahaan konvensional pengguna dan penghasil karbon menjadi perusahaan ramah lingkungan, pasti banyak pertimbangannya, asal ada gebrakan dari masyarakat dan pemerintah, baru perusahaan tersebut bisa diajak kerjasama

      Hapus
  11. lumayan visioner juga ya mas konsen ke lingkungannya untuk program program go green ini

    btw aku sampai ngamatin tadi filosofi katak mendidihnya..iya e mas, jangankan kalimantan mas...aku pas liwat area sini aja...kalau ada gunubg uda dibabat pohon pohonnya rasane kok ya aneh...itu loh yang akhirnya pada dikeruk dan diambil semennya apa ya...e tapi aku kurang paham ding...pokoknya hutan jadi gundul...fan ga kebayang kalau hujan sapa lagi yang bakal nampung, ya pantaslah kalau banjir, la wong resapannya uda pada diabisin untuk kepentingan komersil semata huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuuls mbak, apalagi pas aku tinggal di batam tuh banyak banget bukit2 hijau berubah jadi lahan tandus, demi pembangunan pabrik2 dan perumahan, tapi ya itulaj dilema negara berkembang 😓

      Hapus
  12. saya puji adanya usaha seperti ini. mudah-mudahan ia dapat positive feedback dari golongan belia😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, perubahan dimulai dari golongam belia kak , kalau di malaysia gimana kak? Apakah mereka sudah applying green economy?

      Hapus
  13. menjawab pertanyaan: malaysian tidak perlukan visa jika masuk ke mana-mana negara-negara Commanwealth. hanya pass lawatan 6 bulan (max) diberi dan perlu renew jika mahu duduk lebih lama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks kaaak, oiya malaysia commonwealth ya jadi gaperlu visa buat ke england

      Hapus
  14. Kalimantan Timur jadi percontohan ya, saya sebagai warga Kalimantan Timur cukup tersanjung. Tapi masih banyak juga sih orang-orang yang ngerusak lingkungan buat buka lahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, selamat maasss, moga aja implementasi green growth di kalimantan timur bukan cuman gimmick dari pemerintah aja ya

      Hapus
  15. semoga program ini berhasil miris juga lihat banyak kerusakan terjadi di hutan dn dampaknya kembali ke kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. pasti berhasil mas, cuman mungkin butuh waktu yang agak lama soalnya sungguh complicated, hehe

      Hapus
  16. Sedih ya kalo liat hutan kalimantan jd berkurang drastis begitu :(. Banjir di Kalimantan yg sampe berhari2 udh jd bukti, ada yg salah Ama hutan kita :(.

    Semoga dengan adanya green jobs ini , penelitian renewable energy yg makin diperdalam, supaya bisa jd energi ramah lingkungan untuk bumi. Iklim skr udh ga bisa diprediksi. 2017 aku ke Jepang ,daerah takayama masih sangat tebel saljunya pas aku DTG. 2019 aku kesana lagi, kosong tanpa salju. Orang2 Jepang bilang warm winter sedang menyerang, Krn iklim yg ga menentu tadi. Sedih jadinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itulah mengapa dampak lingkungan pada suatu daerah sekarang ini bakal berefek secara global ya kak, yang gundul indonesia, yang kena negara lain.

      Hapus
  17. Benar. Kita saat ini seperti seekor katak yang dipanaskan secara perlahan itu. Efek keserakahan mulai terasa. Banjir, Gempa bumi, naiknya permukaan air laut dan lain sebagainya.. Tapi, apakah kita sama dengan katak ini? Sudah terlambatkah kita?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum terlambat, makanya ayoooo kita perbaiki segera.

      Hapus
  18. Haloo, mas. Salam kenal.
    Melihat animasi peta pulau Kalimantan alias Borneo, cukup sedih yaa. Daerah hutan hijau yg lama lama tergerus, kemudian berpengaruh pada kehidupan masyarakat yaaa

    BalasHapus
  19. Go Green Jobs!
    Accomplish you goals!

    BalasHapus
  20. Ditunggu banget nih realisasinya.
    Ngomong2 postingannya keren banget, analisa dan fotonya luar biasa, two thumbs up.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga lewat gerakan para kawula muda, masyarakat indonesia bisa perlahan-lahan beralih ke negara hijau yaa. Thanks banget apresiasinya kak, hehe

      Hapus
  21. Peluang cukup bagus, sayangnya usia saya sudah tidak muda lagi, udah tuwir, hehe... Biarlah anak-anak muda milenial yang lebih gesit aja yang berkontribusi di dalamnya, hehee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gapapa mas, yang penting semangatnya masih muda, hehe.

      Hapus
  22. jujur, kalau ga baca artikel ini, saya ga akan tau yang namanya green jobs, ternyata ada ya pekerjaan dikategorikan yang memberikan dampak positif kepada lingkungan.

    semoga aja semakin banyak green jobs kedepannya, agar kita ga jadi from boiling syndrom, biar bisa bergerak maju utnuk bumi yang makin baik dan anak cucu setelahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa, semoga bangett kedepannya semakin banyak green jobs tercipta mas.

      Hapus
  23. Semoga green job ini memberi dampak positif ya mas.
    Miris banget liat di berita kalau hutan2 udah rata tanah skrg, udah alih fungsi, ga heran jadinya banjir dimana mana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, memang butuh waktu untuk implementasi keseluruhan, tapi sudah mulai jalan lah di indonesia, perlahan-lahan tapi pasti. Makanya gerakan ini ngajak anak muda, karena anak muda adalah agen perubahan, hehe.

      Hapus
  24. Wahhh keren banget ya, bekerja sambil mengembalikan kehijauan dan menyelamatkan lingkungan

    BalasHapus
  25. beugh jarang-jarang baca artikel dengan data dan visualisasi lengkap begini...

    saya yaking emang pekerjaan yang ramah lingkungan seperti ini bakal jadi our future, keliatan banget sekarang orang-orang udah beralih dari penggunaan energi listrik (PLN) ke yang ramah lingkungan (solar panel, hidro, dll) yang lebih murah dan lebih baik bagi lingkungan..

    BalasHapus
  26. wah keren banget kalo bisa jadi Pemandu wisata ekoturisme lokal :D

    BalasHapus
  27. Emang benar sih, kita itu ibarat katak yang dimasukin ke air dingin yang pelan-pelan dipanasin.
    Kita terus merusak alam dan berusaha beradaptasi dengan perubahan yang hadir tanpa bersiap akan kemungkinan yang terburuk hingga nanti akhirnya terlambat buat mencari selamat.

    BalasHapus
  28. wah artikel dan pemaparan yang bagus sekali, jika di ijinkan apakah diperbolehkan memuat ulang artikel ini dengan menyertakan sumber ke link blog ini, di website kami pelatihank3.co.id

    BalasHapus
  29. Ulasan yang sangat dalam dengan data2 yang akurat.

    Saya suka analogi katak dan air mendidih... keren. Saya langsung ngece ke yutubnya juga

    BalasHapus
  30. Masuk akal juga sih..runtuhnya peradaban selang beberapa dekade setelah puncak kejayaanya..ya karena sudah overload segalanya

    BalasHapus
  31. Tanda-tanda keruntuhan peradaban tersebut nampaknya telah membayangi peradaban kita saat ini.

    Meskipun menurut saya pribadi, mungkin punahnya peradaban yang ada saat ini ada"berkah" bagi alam.
    manusia dulu pernah tidak memiliki peradaban yang sekarang kita sebut modern,
    dan bukan tidak mungkin suatu saat peradaban modern ini juga akan kembali tidak ada.
    hehehe

    BalasHapus
  32. Hei Kak,

    Thanks for sharing. Post ini bener-bener bermanfaat untuk generasi milenial dan berikut-berikutnya agar mereka lebih terbuka untuk menentukan masa depan mereka. Seandainya aku kembali ke titik di mana aku masih menempuh pendidikan formal, mungkin aku akan tertarik juga untuk bekerja sekaligus menyelamatkan bumi.

    Meski begitu, aku saat ini juga sedang berusaha menyelamatkan lingkungan sekitarku dengan caraku sendiri.

    Semangat!

    BalasHapus
  33. GO GREEN!!!
    mari kita selamatkan planet kita tercinta ini

    BalasHapus
  34. kadang aku juga negrasa kalao keadaan hutan di Indonesia itu sangat penting bagi perubahan iklim dunia. Sudah saatnya kita sebagai generasi menjaga dan melestarikan alam.

    BalasHapus
  35. Bagus sekali pemaparannya mas, memang kita sebagai orang Indonesia harus segera sadar akan fenomena global warming yang terjadi di seluruh dunia dan tentunya juga harus mengambil tindakan yang nyata

    BalasHapus
  36. Bisa jadi kita semua sedang menjadi katak yang gak sadar airnya perlahan terus memanas. Smg belum terlambat ya kita semua bersama dapat menjaga keseimbangan alam

    BalasHapus