Agustus 10, 2015

Kemarin sekitar H + 2 lebaran saya bersilaturahmi ke rumah saudara di Desa Pandanarum, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara. Letak desa ini kalau menurut saya bisa dikategorikan terpencil. Berada di perbukitan, di pucuk Kabupaten Banjarnegara yang berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan.

Dari Purbalingga, saya memacu motor saya lewat rute Pengadegan - Wanadadi - Gripit - Kalibening - Pandanarum. Jalan yang berkelak-kelok naik-turun harus saya lewati, plus kondisi jalan yang berlobang disana-sini. Hanya pengemudi yang brilliant sepertiku saja yang bisa mengatasinya :-P.


Sepanjang perjalanan, saya disuguhi pemandangan perbukitan yang lumayan menyegarkan mata. Bukit-bukitnya masih alami, belum terjamah oleh ladang garapan masyarakat seperti yang terjadi didaerah Dieng- Wonosobo, dimana bukit-bukit berhutan ludes oleh ladang garapan penduduk. 

Mendekati Kalibening, saya disambut oleh sungai berbatu yang sangat jernih dikelilingi deretan pepohonan pinus. Hampir mirip seperti di pegunungan Alpen namun bedanya disini tidak ada salju. Suhu disini cukup dingin, memaksa saya untuk selalu berpelukan erat dengan jaket outdoor tebal yang saya beli di toko baju bekas.


Sebuah selang yang mengucurkan air panas Kalianget.

Saat sedang asik menikmati pemandangan diatas motor tiba-tiba di kanan jalan saya melihat sebuah papan baliho bertuliskan "Pemandian Air Panas Kalianget" di sebelah gapura pintu masuk yang terbuat dari bambu. Penasaran, saya mencoba masuk dengan membayar parkir Rp. 1000 dan tiket masuk seharga Rp. 3000 saja.

Begitu masuk, ternyata didalamnya adalah semacam pemandian umum terbuka dengan beberapa pancuran yang mengalirkan air panas dari dalam bumi. Sederhana dan apa adanya, serta sampah dimana-mana. 

Niat ingin menghangatkan tubuh akhirnya saya urungkan. Kenapa? Karena pemandian tersebut sungguh kurang layak bila saya sebut sebagai pemandian. Tembok yang "cuil" disana-sini, bilik mandi yang terbuka dan tanpa penutup serta ruang ganti yang hanya terbuat dari anyaman sungguh tidak mengindahkan kata "privasi", ini soal mandi berbugil-bugilan lho. Apalagi sampah yang berserakan di tanah itu benar-benar menyebalkan. 

Hal ini tentunya menunjukan bahwa tempat ini belum dikelola dengan serius oleh pemerintah setempat. Padahal, kalau dilihat dari lokasinya, selain cukup strategis (terletak di jalur alternatif menuju Semarang) pemandangannya bahkan menyaingi pemandian air panas yang ada di Guci mapun Baturaden. Sayang sekali, pemerintah sepertinya belum mau memanfaatkan potensi luar biasa seperti ini.


courtesy of merooms.blogspot.com , saya ga sempet ngefoto pasarnya, hehe

Tidak jauh dari lokasi pemandian (pancuran) air panas tersebut, Kecamatan Kalibening hiruk pikuk dengan pedagang-pedagang yang menggelar lapaknya di pinggir jalan. Pusat Kecamatan Kalibening ini merupakan pasar utama untuk kegiatan transaksi dari berbagai desa yang tersebar perbukitan sekitar.

Jadi tidak heran jika pagi-pagi seperti ini jalanan penuh. Sambil menikmati secangkir kopi di warung pinggir jalan, mata "tajam" saya beberapa kali dicuri perhatiannya oleh beberapa gadis desa yang cantik nan innocent.

Postur tubuh yang ideal, kulit putih kekuningan, pipi yang memerah (karena interaksi suhu udara dan suhu tubuh pada bagian pipi), serta rambut hitam yang terlihat memerah saat terkena cahaya matahari sungguh membuat mereka tampil anggun apa adanya. Tawa mereka lepas dan apa adanya, tidak seperti ibu-ibu pejabat yang terpaksa harus mesem atau cewek-cewek mall yang kadang ketawanya dibuat-buat. 

Dari sini saya berpikir dan bersabda, bahwa " Kecantikan  itu bukanlah tentang produk kosmetik mahal yang kamu gunakan atau perawatan apa yang kamu lakukan, namun kecantikan itu adalah ketika kamu tampil polos dan lugu, membiarkan alam mempercantikmu"



Menuju arah Desa Pandanarum saya kembali disuguhi pemandangan yang indah nan cantik yakni bukit-bukit hijau, kebun-kebun teh, serta bukit batu yang menjulang tinggi, saya lupa nama bukit batu tersebut (gunung jaran?). Mata saya selalu dimanjakan oleh hijaunya perbukitan dan sesekali tampak sungai yang berkelak-kelok melewati lembah dan sawah, menembus bukit hingga ujungnya hilang terinjak kaki-kaki pegunungan.


 
Foto-foto lainnya:
 
Di Kalibening masih banyak burung yang terbang dengan bebasnya


Kebun bunga di jalan menuju Pandanarum


Pemandian air panas Kalianget, kurang manajemen.


Jalanan yang berkelak-kelok naik-turun

The Author, minta di fotoin orang lewat :D

3 comments:

  1. yg bukit batu itu namanya gunung condong.salam lur dari desa lawen kecamatan pandanarum juga hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oiya Gunung Condong, lupa aku mas, btw itu bisa di naikin nggak ya?

      Hapus
  2. Salam kenal mas, aku juga pernah kesana. Sangat....sangat berkesan menurut aku. Masih asri sich masalahnya, adem gitu. Aku sendiri dari Banjarmasin Kalimantan Selatan

    BalasHapus