Agustus 28, 2015


Bertambah satu lagi masjid yang bentuk bangunannya menyerupai rumah peribadatan orang tionghoa atau biasa disebut klenteng di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Masjid Ceng Ho namanya, bentuknya khas daratan Tiongkok sana dengan dominasi warna merah yang tajam mencolok mata. 

Pertama kali saya melihatnya sudah membuat saya jatuh hati dengannya, namun baru sempat menjejakan kaki dan beribadah didalamnya kemarin. Mungkin bentuk masjid yang paling banyak ragamnya hanya ada di Indonesia saja. Ada masjid bergaya Jawa, masjid bergaya Hindu, masjid bergaya Timur Tengah, masjid bergaya Padang, Masjid bergaya Tiongkok, dan masih banyak gaya-gaya yang lainnya. Sungguh, Indonesia memang negeri yang indah.

Lampion menambah kuat kesan Tiongkoknya
Pelataran parkir masjid Jami' Muhammad Ceng Ho ini cukup luas. orang yang hanya sekilas melihatnya pasti menyangka ini adalah klenteng. Lampu lampion berwarna merah menggantung di tiap sudut masjid. Jendela berbentuk segi delapan khas China dengan kaca warna-warni ikut memperindah fisik bangunan ini. Masjid ini membawa nafas baru di kota Purbalingga Perwira ini. 

Perbedaan yang mencolok dengan bentuk masjid-masjid yang lain membuat warga Purbalingga penasaran dan akhirnya masjid ini banyak yang mengunjunginya. Letaknya yang berada di pinggir jalan, tepatnya di jalan Purbalingga - Bobotsari, di desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, membuat masjid ini menjadi tempat beribadah bagi para komuter maupun orang-orang yang sedang dalam perjalanan jauh. 

Pilar dengan warna merah dan hijau, khas Tiongkok
Interior masjid Ceng Ho ini juga sarat dengan warna merah. Pilar-pilar penyangganya berjumlah empat dan berwarna merah, senada dengan warna lantainya yang juga merah mengkilap. Pada pintu masuk terdapat empat huruf China, yang artinya mungkin "Masjid Jami' Ceng Ho. Nah, kalau dipintu masuk terdapat huruf China, lain halnya di dalam masjid. Ayat-ayat suci Al'Quran berwarna emas berjejer diatas background merah, sungguh unik perbaduan antara dua kebudayaan ini. 

Bukan kubah, melainkan segi delapan

Indah bukan?
Pembuatan Masjid Jami' Ceng Ho ini awalnya diperuntukan untuk para mualaf yang berada di Purbalingga. Ada sekitar 130 orang muslim Tionghoa yang berada di Purbalingga dan tersebar di berbagai kecamatan. Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 2005 atas prakarsa dari PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), namun papa tahun 2006 pembangunannya sempat terhenti dan baru pada tahun 2010 kembali dibangun yang akhirnya selesai dan diresmikan pada tanggal 5 Juli 2011.

Sholatlah sebelum engkau disholati

Tiongkok banget!
Perpaduan etnis dan budaya yang ada di Purbalingga ini tidak lepas dari sikap toleransi dan saling menghargai antar suku, agama, dan ras masyarakatnya sendiri. Semoga sikap saling menghargai ini tetap erat sampai kapanpun. Jangan sampai rusak gara-gara beberapa orang bodoh yang tidak tahu apa-apa yang menganggap sukunya dan agamanya, bahkan mungkin rasnya-lah yang paling unggul. Indonesia menjadi Indonesia karena toleransinya, begitu juga Purbalingga. 

Pai-pai di pintu depan masjid
Ingat, satu-satunya niat untuk beribadah adalah niat karena Tuhan Yang Maha Esa, bukan yang lainnya. 

2 comments: